Senin, 24 Oktober 2011

Dream ½ Come True



“Huaaaaaaaaaaaaaaa” Vivi berteriak memelototi layar monitor didepannya, sontak orang-orang yang  sedang beraktifitas didalam warnet tersebut pada langsung berdiri mencari sumber suara.  Cici teman Vivi langsung menghampiri Vivi yang sedang mengangakan mulutnya lebar lebar.
“kenape kenape?” Cici buru-buru ikut melihat ke monitor. Tapi ia bingung, apa yang mau dilihat.
“kenape-kenape?” lanjut Cici.
“Gue, gak keterimaaaaaaaaaa huaaaaaa” Vivi langsung nangis-nangis.
“hah? Masa?” Cici memutar-mutar mouse. Dan sembari menenangkan Vivi.
“Woy! Gimana-gimana?” Niko lari-lari dari ujung pintu warnet sambil bawa-bawa helm, menghampiri mereka berdua. Niko langsung nengok ke monitor, alisnya mengkerut.
“Vi, lo ga keterima?” tanya niko hati-hati, ia memastikan tulisan yang ada di monitor itu benar atau tidak tertuju pada Vivi.
Vivi hanya mengangguk saja.
vvvvvvvvv
Eskrim coklat yang dijilati Cici mulai mencair dan tetes demi tetes eskrim itu berjatuhan ke tanah karena terkena panasnya terik matahari di siang itu. Seperti air mata Vivi yang dari tadi terus menerus menetes.
“udalah Vi, ikhlasin aja...” Ujar Niko
“tapi ko, itu fakultas kedokteran! Gue pengen masuk situ” kata Vivi sambil menarik kembali ingusnya kembali kehidung.
“tapi kan pilihan kedua lo juga lolos, ketertima di PTN negeri! Lo bisa jadi guru, guru itu pekerjaan mulia. Gue yakin Vi, tuhan punya rencana yang lebih baik dari ini.” ujar Niko, matanya menerawang ke langit namun sedikit disipitkan karena silau.
Slurupp! “Iya Vi!” Cici yang sedari tadi sibuk dengan eskrim coklatnya, ikut nambahin semangat Vivi.
Vivi pun merenung sejenak, ia menghapus airmatanya.
“iya bener,, ngapain juga gue harus meratapi ini, yang penting gue udah berusaha! Bener ko, ini mungkin skenario tuhan yang paling indah buat gue, dan semoga ini menjadi lentera jiwa gue” kata Vivi mantap. Ia mendongak menatap matahari dengan penuh semangat ia akan menempuh jalan itu.
“gue dukung elo Vi, entar kalo gue udah sukses, gue ngelamar elu. Hahaha” kata Niko, ceritanya ngelucu tapi Vivi udah keburu beranjak dari tempat itu. Cuma Cici yang mendelik aneh kearahnya.
“bener tuh?” tanya Cici sambil menggigiti batang kayu bekas eskrim.
“bercanda ci...” kata Niko
“Gue sumpahin lho!”
                                                                 xxxxxxxxxxx    
            
Beberapa tahun kemudian, tak terasa perjalanan hidup ketiga orang itu sudah berlalu 7 tahun. Kini Vivi sudah menjadi guru di sebuah sekolah menengah atas berstandar internasional, dan vivi juga mendapat gelar guru muda teladan. Sedangkan Cici, ia tidak menjadi seorang pegawai seperti Vivi. Cici membuka usaha eskrim yang terkemuka di tempat tinggalnya.
Tak tahu kenapa perut Vivi mules-mules dan diare berkali-kali abis makan eskrim jumbo di toko eskrimnya Cici. Ia teringat, sebelum makan eskrim jumbo tersebut ia jajan ‘Rujak Setan’ dengan saus rujak yang pedesnya hot jeletot. Cepat ia beranjak dari tempat tidurnya, ia berikhtiar mencari kesembuhan. Ia pergi ke klinik baru yang buka disekitar kota tersebut.
Tak lama ia menunggu giliran, ia pun dipanggil namanya dan dipersilahkan masuk keruang periksa.
“ada keluhan apa mbak?” tanya dokter
“ini, saya diare beberapa kali sehabis makan rujak dan semangkuk eskrim besar, trus badan saya jadi lemes begini, padahal sudah beberapa kali minum obat tetep saja diarenya tidak mau berhenti dok” ujar Vivi.
“oh,, mari saya periksa dulu”
Vivi berbaring, dan siap untuk diperiksa. Pertama-tama ia di cek dulu tekatan darahnya. Lalu dokter itu siap menempelkan stetoskop di bagian tubuh Vivi. Vivi bengong, ia terus memperhatikan dokter itu.
“perasaan.....” batin Vivi, keningnya berkerut.
“AAAAAAAAAAAAAAA!!!!!” Vivi menjerit dan langsung melonjak bangun.
“kenapa mbak?” dokter itu kaget.
“Anda NIKO kan??!!!” tanya Vivi dengan suara yang meninggi.
“Baru nyadar hei?!” kata dokter itu lalu ia melepaskan kacamatanya.
HABUAKH! HABUAKH! Vivi mukul-mukul Niko.
“sialan! Raba-raba gue!”
“kan gue meriksa elo!” kata Niko,
Lalu Niko duduk lagi di singgasanannya, Vivi pun mengikutinya dan kembali duduk di depan Niko.  Niko menulis resep obat yang harus Vivi konsumsi.
“Vi, udah punya cowok?” tanya niko tiba-tiba
“belum, emangnya kenapa?” jawab Vivi
“keliatan dari mukanya, muke jomblo! Nih, resepnya. Baca diluar. Semoga lekas sembuh. Terimakasih.” Kata Niko tersenyum.
“ok, thanks ya, sorry tadi” Vivi pun keluar dan membaca kertas resep obat itu.



Resep obat :
@%&*#(&*)()*!&^@^%&&(#)*!(#!*^*&#(!#)*!(%!^$!^%#&!^#*!&#(*!)*!(
Resep menanggulangi jomblo :
Lo, Terima lamaran gue. Insa Allah nanti aku kerumah kamu, tidak lain dan tidak bukan untuk melamarmu. Meski mimpi kamu ga kesampaian jadi dokter, tapi kamu masih bisa punya suami dokter. J






Vivi tercengang.... lalu ia tersenyum, semburat pipinya merona merah dan bergumam dalam hatinya
“Ya, aku tunggu..”
  .................................................................xxxxxxxx...........................................


2 komentar:

  1. bagus ceritanya lucu,, singkat tpi jelas,, ga bertele,, tele,, bisaan eunk c,pia hahaha

    BalasHapus