Kamis, 20 September 2012

Talk about Heart again :)

Kali ini, ingin menulis tentang hati.. hatiku dan hati orang lain.
Terdapat satu point yang memang ingin saya bahas disni *jika izinkan*
Point bagaimana memahami orang lain. Terkadang, terbersit perasaan kesal ketika orang lain tidak dapat memahami apa yang kita butuhkan dan inginkan.
seperti halnya ketika kita sedih, kita sedang membutuhkan teman untuk memahami kita, namun dalam kenyataannya mereka tidak melakukan hal seperti hal yang memang kita inginkan.
Terkadang, mereka sahabat kita memahami kita. namun mereka tidak dapat mengungkapkannya seperti keinginan kita.
Ada juga diantara mereka yang memang sangat seperti memahami kita dari luar, namun dalamnya mereka biasa saja namun berusaha sekali untuk memahami kita dengan segala kemampuannya.
Ada juga orang yang kelihatannya diam ataupun kasar, namun iapun sangat memahami kita.

Hati-hati bagi si melankolis yang di ganggu sedikit hatinya akan tergoyahkan.
Jangan terbawa melankolisnya itu, karena itu akan semakin menyakitkan bagi hatimu.

Kita memang tak tahu bagaimana hati orang, dan memang orang juga tidak tahu akan hati kita yang sebenar-benarnya.
Yang tahu adalah diri kita sendiri dan Tuhan Allah SWT. Teruslah berbenah diri menuju ke kehidupanmu yang lebih baik. Jika tidak, mungkin kamu akan mati konyol.

Yang dapat dilakukan adalah berfikir positif, jika memang orang lain melakukan hal yang tidak berkenan dihati, itu urusan Tuhan untuk membalasnya. Kita juga tak akan lepas dari anugrah yang diberikan oleh Tuhan.

Karena apapun yang kita lakukan, mau baik ataupun buruk kita akan dapat balasannya.


Rabu, 19 September 2012

Before Traveling To Yogyakarta


Gambar ini diambil ketika aku dan kedua sahabatku, mencari tiket kereta untuk pergi traveling ke Yogyakarta.


Sedikit,kami bertanya kepada kedua ibu ini tentang Yogyakarta, namun ternyata beliau-beliau ini bukan dari yogya *kalo tidak  salah*.
Dalam hatiku, "niat berlibur, bersenang-senang di suguhi dahulu fenomena seperti ini". Namun itu menjadi pelajaran tersendiri bagiku. Ketika aku dan kedua sahabatku sudah berlalu dari wanita menajubkan ini, sesuatu bergerak agak aneh dihatiku.
Mungkin Tuhan tengah mengingatkaku, tentang makna kehidupan.
Jika aku berada diposisi wanita-wanita menakjubkan ini, aku mungkin sudah berlari menjadi seorang pecundang . Tak seperti mereka yang tak kenal lelah berusaha untuk mecapai tujuan dalam hidupnya.
Mungkin, wanita-wanita ini berjualan untuk membantu suaminya, menafkahi keluarganya.
Sedangkan aku yang belum berkewajiban seperti itu, hendak menghamburkan uang dengan motif merefreshkan otak.
Sehingga mau apapun itu, harus diniati dengan niat yang baik.
Tuhan mengingatkanku untuk senantiasa bersyukur, agar aku tidak memandang keatas untuk urusan materi dunia.
Bukan tidak boleh untuk berlibur, namun tidak berlebihan dalam melakukannya. Seperlu kita dan sekemampuan kita saja :)

Dari berjalan-jalan segini saja, dapat hikmah yang luar biasa. Terimakasih Tuhan. :)

Yang Harus Disyukuri


Ini aku, sahabatku, dan anak yang membawa sekeranjang makanan itu namanya Bejo.
Bejo kalau dilihat-lihat dipandangi dengan seksama *cailah* Ia seumuran dengan anak SD, dan memang dia anak SD *woy*.
Ini foto diambil ketika aku dan sahabatku mengunjungi salah satu universitas di Bandung untuk mengambil sertifikat seminar yang sudah setahun tidak diambil setelah acara berlangsung *bisa dilihat banyak sarang laba-laba disertifikatnya*

Inipun salah satu kebiasaan aku dan sahabatku ini, mungkin rada-rada aneh gitu ya,, ketika kita melihat anak-anak seperti Bejo ini, kami menaruh perhatian lebih.
Oke, balik lagi ke Bejo. Bejo ini aslinya itu orang Jawa gitu kalo gasalah, ia sekolah di salah satu SD dibandung. Ketika ditanya, kenapa ia mau berjualan, bejo bilang buat bantu keluarga. Bejo juga punya cita-cita, katanya dia ingin jadi pemain sepak bola. aminn.. semoga Tuhan memberikan yang terbaik ya buat Bejo..
Sedikit menyenggol hati... anak sebesar Bejo, ia udah rela berjualan keliling kampus buat bantu orang tuannya. Dulu waktu aku sebesar Bejo, waktu kosong kuisi dengan bermain bersama teman-teman, dari main kasti, ucing sumput, guik nagog, dan banyak lagi tanpa terbersit untuk membantu keluarga mencari uang.
Masa anak-anak itu merupakan masa dimana aku sangat senang karena aku dapat bermain sepuasnya tanpa memikirkan pelajaran-pelajaran yang membuatku mual-mual setiap hari. Dipikiranku hanyalah bermain dan bermain, ujian nasional saja sangat mengasyikan tak terasa seperti ujian nasional layaknya Sekolah menengah.
Berbeda dengan Bejo, ia mungkin sudah dapat berfikir hal yang menurutnya lebih penting dari sekedar belajar dan bermain.
Tak hanya bejo saja, aku lihat juga ada beberapa anak yang tengah berkeliaran dikampusku sembari membawa kantung plastik hitam besar yang isinya botol-botol bekas air mineral.


Pertama, sahabatku yang ngeh ada kehadiran bocah-bocah itu, lalu kami perlahan mendekati mereka dan berbicara sedikit dengan mereka.
Karena penasaran, kita mencoba mengobrol dengan mereka, obrolan umum yang biasanya dilontarkan pada anak-anak sekecil mereka.

"kelas berapa?"
"sekolah dimana?"
"umur berapa?"

mereka hanya bermanggut-manggut dan berbisik-bisik didepan kami,

makin terasa aneh disitu. Kami tanya ulang lagi, namun mereka hanya mengiyakan tebakan kami saja.
Terus kami ulik mereka, akhirnya kita berjalan saja dan tak lama dari itu, kita bertemu dengan satu anak seumuran mereka. Dia perempuan berambut agak merah, berkaos biru lusuh, membawa kantung kresek hitam besar dan yang tak akan lupa di dalam memoriku adalah luka dilehernya yang sepertinya sudah infeksi. aku sudah menduga bahwa dia kawan dari kedua anak ini.

Sahabatkupun berinisiatif untuk mentraktir eskrim mereka sekaligus ingin lebih banyak ngobrol dengan mereka.

"cita-citanya mau jadi apa?" kami lontarkan pertanyaan itu pada mereka

mereka bertiga berbisik kembali, sambil menjilati eskrim yang kami berikan.

"jadi presiden?"

mereka mengangguk-ngangguk dan berkata "iden.. iden.. iden.."

disana aku hanya menarik nafas dalam saja beberapa kali untuk menenangkan diri.
Ya Tuhan.. ternyata masih ada anak-anak yang memang tidak seberuntung yang lain layaknya Bejo untuk bersekolah. Mereka seakan seperti orang asing yang terdampar disini.
Untuk berbicara saja dengan kami, mungkin anak-anak ini tidak faham.
Pengalaman inipun menjadi sebuah pembelajaran bahwa kita harus senantiasa bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Tuhan.
Dapat kuliah dengan baik tanpa memikirkan biaya itu merupakan suatu kenikmatan yang Tuhan berikan.
Semoga ketika ku sedang malas dan tak bersemangat aku dapat tersadarkan dengan mengingat bejo dan anak-anak iden itu.

Semoga Bejo menjadi orang berguna, cerdas dan mencapai cita-citanya. Dan kawan-kawan iden semoga dapat menemukan hidup yang lebih baik dari sebelumnya :)