Rabu, 19 September 2012
Yang Harus Disyukuri
Ini aku, sahabatku, dan anak yang membawa sekeranjang makanan itu namanya Bejo.
Bejo kalau dilihat-lihat dipandangi dengan seksama *cailah* Ia seumuran dengan anak SD, dan memang dia anak SD *woy*.
Ini foto diambil ketika aku dan sahabatku mengunjungi salah satu universitas di Bandung untuk mengambil sertifikat seminar yang sudah setahun tidak diambil setelah acara berlangsung *bisa dilihat banyak sarang laba-laba disertifikatnya*
Inipun salah satu kebiasaan aku dan sahabatku ini, mungkin rada-rada aneh gitu ya,, ketika kita melihat anak-anak seperti Bejo ini, kami menaruh perhatian lebih.
Oke, balik lagi ke Bejo. Bejo ini aslinya itu orang Jawa gitu kalo gasalah, ia sekolah di salah satu SD dibandung. Ketika ditanya, kenapa ia mau berjualan, bejo bilang buat bantu keluarga. Bejo juga punya cita-cita, katanya dia ingin jadi pemain sepak bola. aminn.. semoga Tuhan memberikan yang terbaik ya buat Bejo..
Sedikit menyenggol hati... anak sebesar Bejo, ia udah rela berjualan keliling kampus buat bantu orang tuannya. Dulu waktu aku sebesar Bejo, waktu kosong kuisi dengan bermain bersama teman-teman, dari main kasti, ucing sumput, guik nagog, dan banyak lagi tanpa terbersit untuk membantu keluarga mencari uang.
Masa anak-anak itu merupakan masa dimana aku sangat senang karena aku dapat bermain sepuasnya tanpa memikirkan pelajaran-pelajaran yang membuatku mual-mual setiap hari. Dipikiranku hanyalah bermain dan bermain, ujian nasional saja sangat mengasyikan tak terasa seperti ujian nasional layaknya Sekolah menengah.
Berbeda dengan Bejo, ia mungkin sudah dapat berfikir hal yang menurutnya lebih penting dari sekedar belajar dan bermain.
Tak hanya bejo saja, aku lihat juga ada beberapa anak yang tengah berkeliaran dikampusku sembari membawa kantung plastik hitam besar yang isinya botol-botol bekas air mineral.
Pertama, sahabatku yang ngeh ada kehadiran bocah-bocah itu, lalu kami perlahan mendekati mereka dan berbicara sedikit dengan mereka.
Karena penasaran, kita mencoba mengobrol dengan mereka, obrolan umum yang biasanya dilontarkan pada anak-anak sekecil mereka.
"kelas berapa?"
"sekolah dimana?"
"umur berapa?"
mereka hanya bermanggut-manggut dan berbisik-bisik didepan kami,
makin terasa aneh disitu. Kami tanya ulang lagi, namun mereka hanya mengiyakan tebakan kami saja.
Terus kami ulik mereka, akhirnya kita berjalan saja dan tak lama dari itu, kita bertemu dengan satu anak seumuran mereka. Dia perempuan berambut agak merah, berkaos biru lusuh, membawa kantung kresek hitam besar dan yang tak akan lupa di dalam memoriku adalah luka dilehernya yang sepertinya sudah infeksi. aku sudah menduga bahwa dia kawan dari kedua anak ini.
Sahabatkupun berinisiatif untuk mentraktir eskrim mereka sekaligus ingin lebih banyak ngobrol dengan mereka.
"cita-citanya mau jadi apa?" kami lontarkan pertanyaan itu pada mereka
mereka bertiga berbisik kembali, sambil menjilati eskrim yang kami berikan.
"jadi presiden?"
mereka mengangguk-ngangguk dan berkata "iden.. iden.. iden.."
disana aku hanya menarik nafas dalam saja beberapa kali untuk menenangkan diri.
Ya Tuhan.. ternyata masih ada anak-anak yang memang tidak seberuntung yang lain layaknya Bejo untuk bersekolah. Mereka seakan seperti orang asing yang terdampar disini.
Untuk berbicara saja dengan kami, mungkin anak-anak ini tidak faham.
Pengalaman inipun menjadi sebuah pembelajaran bahwa kita harus senantiasa bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Tuhan.
Dapat kuliah dengan baik tanpa memikirkan biaya itu merupakan suatu kenikmatan yang Tuhan berikan.
Semoga ketika ku sedang malas dan tak bersemangat aku dapat tersadarkan dengan mengingat bejo dan anak-anak iden itu.
Semoga Bejo menjadi orang berguna, cerdas dan mencapai cita-citanya. Dan kawan-kawan iden semoga dapat menemukan hidup yang lebih baik dari sebelumnya :)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar