Sabtu, 26 Februari 2011

story I dont know the title part 4


Hari ini adalah hari yang melelahkan bagi Dan, ia harus tersesat, berlari, terluka kecil, dan perut tak enak karena menghabiskan banyak eskrim saat menaklukan tantangan eskrim jumbo tadi siang. Ia duduk di depan balkon kamarnya menghirup udara malam yang sering ia lakukan.
“aish!! wanita gila itu, menyebalkan!” Dan memukul lantai pelan.
“menyebalkan.... tapi... aish! Jangan berpikiran yang tidak-tidak Dan!” ujaarnya sendiri pada dirinya. Lalu ia mengambil Mug hadiah yang tadi ia dapatkan hasil perjuangannya bersama Rin. Ia memandang cangkir besar itu.
“cih... wanita aneh dia...” Dan tersenyum ia memeluk Mug itu. Dan memejamkan matanya.

“omo~, ada apa dengan perutku ini...aigoo...” rin nungging-nugging di tempat tidur,
“aish, ini gara-gara eskrim jumbo itu. Dan bannyak memakan makanan yang di belikan oleh kak jude, oh... tidak... “ Rin berhenti dari aktifitas main gamenya. Ia terus saja merasakan sakit dperutnya...
“aigoo.....” katanya lirih, tak sengaja ia melirik Mug hadiah yang terletak di meja belajarnya. Rin tersenyum. “manusia serigala bodoh” ujarnya. Lalu ia tertidur. Di tempat bebrbeda,Mereka berdua merasa lelah karena telah mengalami petualangan yang panjang.

------------------------------------------------------------------

Aktivitas di sekolah berjalan seperti biasanya, hanya pada hari sabtu depan akan ada inspeksi sekolah dari salah satu komisaris yang berpengaruh di sekolah itu.
Rin tidur, di mejanya. Dari pelajaran pertama, jam istirahat, dan sampai jam terakhir ia masih saja tidur. Dan yang duduk di dekatnya melirik Rin. Mulut rin yang terbuka ketika tidur membuat dan geli, ia langsung menutupi muka kepala Rin dengan buku fisika tebal yang dipakainya untuk mengisi soal. Aneh, dari tadi Rin tidur tapi ia tak ketahuan oleh guru, benar-benar beruntung. Batin Dan.
“hei, hei... bangun kau, “ bisik Dan menyentuh pundak Rin dengan menggunakan bolpoint.
“Oh...??” Rin mendongakan kepalanya
“bangun kau..” kata  Dan lirih.
“okh...” DUK! Rin tidur lagi.
“aish.... anak ini” ujar Dan lirih.
Dan jam pelajaran satu hari itupun selesai semua murid pulang, terkecuali anak-anak yang masih sibuk dengan kegiatan ekstrakulikuler, atau kegiatan osis. Dan melipat tangannya di dada, ia memerhatikan gadis di sampingnya.
“cih... postur tubuh apa ini, tak ada yang istimewa” kata Dan ia berbicara sendiri menilai Rin.
“rambut acak-acakan seperti itu, apa ia tak menyadari seusia ini dia harusnya nampak seperti gadis-gadis lain yang suka berdan-dan” Ia terus saja menilai Rin dari ujung rambut sampai ujung kaki.
“mau sampai kapan ia tidur seperti ini? Ini sudah sore. Lebih baik aku pulang saja” kata Dan lalu ia memasukan semua buku yang berserakan di mejanya. Dan melirik rin sedikit. Dia tak bangun juga ternyata. Kata Dan dalam hatinya.
“hei... kau bangun!” Dan mendorong pundak Rin.
BRUK!
Tubuh Rin terjatuh kebawah. Dan melotot. Ia kaget sekali. Kenapa gadis itu terjatuh seperti itu. Batinnya. pelan-pelan Dan menggunakan kakinya untuk menyentuh Rin. Ia menendang-nendang kecil tubuh Rin. Namun Rin tetap saja tidak bergerak.
Dan langsung jongkok, ia membalikan tubuh Rin. Dilihatnya muka Rin pucat. Ia menggigil, bibirnya bergetar. Tubuhnya juga berkeringat dingin. Cepat Dan menaruh tangannya di kening Rin, suhu tubuhnya tinggi sekali.
“panas sekali dia....” ujar Dan.
Dengan cepat lagi ia mengeluarkan ponsel dari kantong celananya dan menelfon sopirnya.
“cepat jemput aku di sekolah!” katanya cepat sekali, ia langsung menutup telfonnya, memasukannya kembali ke saku celananya.
Dengan cekatan Dan menggendong Rin di punggungnya. Lalu Dan berlari menuju lift. Tapi sialnya pintu lift tidak mau terbuka, cepat ia berlari menuju pintu di dekat pintu lift itu, ia membukanya dengan garang dan mulai menyusuri anak tangga. Dan terus menuruni anak tangga itu dengan kecepatan penuh. Ia panik sekali, wajahnya menyiratkan sesuatu yang sangat ia khawatirkan.
“uhuk..uhuk..” Rin terbatuk-batuk. Dan berhenti sejenak, ia menoleh Rin yang berada di punggungnya. Mukanya makin pucat dan terus menggigil. Dan kembali menuruni anak tangga, ia berharap cepat sampai dan Rin baik-baik saja. dan tak lama kemudian ia sampai di lantai dasar. Terlihat sebuah mobil mewah sudah terparkir di sana. Nafas Dan tersengal-sengal ia kecapaian.
“pak, tolong bantu saya” ujar Dan kepada sopirnya. Sopirnya itu dengan cekatan membukakan pintu mobil dan membantu dan memasuki mobil. Mobilpun melaju,
“tuan muda, apakah harus di bawa kerumah sakit teman tuan muda itu?” tanya sopir itu dengan nada yang halus.
“tak usah pak, kita pulang saja. Aku akan menggunakan dokter pribadi saja” kata Dan, ia mengibas-ngibaskan kerah bajunya untuk menarik angin masuk. Pandangannya tak pernah berpaling dari Rin yang sedang menggigil.



“Bagaimana keadaannya?”
“sepertinya ia kecapaian, dan mungkin memakan makanan dingin terlalu banyak sedangkan tubuhnya sedang tidak Fit. Jadi dia demam seperti ini tuan.” kata seorang laki-laki paruh baya yang rupanya seorang dokter yang sudah lama bekerja menjadi dokter pribadi di keluarga Dan.
“ah.... ya aku mengerti” kata Dan.
“saya permisi dahulu.” laki-laki itu membungkkukan badannya dan pergi meninggalkan kamar.

“huh... kenapa jadi kau yang sakit seperti ini? Dasar merepotkan saja” kata Dan ia menggigit bibir bawahnya. Terus saja Dan memandangi wajah rin yang sedang tertidur pulas. Tak seperti di sekolah tadi yang menggigil.
Dan mendekat, ia terus memerhatikan wajah Rin.
“bulu matamu ternyata panjang, alismu juga lumayan tebal, bibirmu jauga berwarna merah muda alami... cih, ternyata kau cantik juga wanita gila...” kata Dan memuji dan di sertai hinaan yang menjadi lelucon.
Pandangan Dan tak pernah lepas dari Rin. Sampai ia pun tertidur, karna ia kelelahan berlari sambil membawa beban berat.

vvv---------------------vvvv----------------vvv-----------
matahari menyatroni seleruh ruangan kamar itu, membuat mata rin yang terpejam jadi brgerak-gerak.
“Hoam..... ukh....” Pagi itu Rin bangun dari tidurnya ia mengerak-gerakan tangannya untuk mengeliat.
“ah... nyenyak sekali tidurku.... Hoammmm” Rin menguap panjang. hm... tapi apa ini seperti ada yang mengganjal di sekitar tubuhnya. Rin menyibakan Selimut beludru hangat itu.
JRENG!!!
 terlihat Dan yang sedang tidur di dekat kakinya.
“WUUUUUUUUUUUUUAAAAAAAAAAAAAAA!!!” rin menjerit sekeras-kerasnya ia kaget mendapati Dan yang tengah tertidur. Dan melonjak kaget, ia terbangun, dan mengucek-ngucek matanya.
“sedang apa kau di kamarku????!!!!!!” tanya Rin Gusar.
Dan dengan tenangnya bangun dan duduk di tempat tidur bersamaaan dengan Rin.
“kau salah, kau yang sedang berada di kamarku”
rin tersentak. Ia memandangi sekeliling. Memang benar itu bukan kamarnya. Lalu ia menoleh bajunya yang sudah berganti menjadi sebuah piama merah laki-laki.
“WUUAAA!!! apa yang kau lakukan kepadaku???!!!! dasar hidung belang!!!”
HABUAKH! HABUAKH! Rin memukuli Dan.
“hei, tenang dulu, aku bukan orang yang seperti yang kau kira!!” kata Dan berusaha menghalau serangan Rin.
“lalu?!! kenapa aku berada di sini?” tanya Rin yang masih gelisah.
“kemarin kau pingsan karena demam, jadi aku membawamu kesini, karna aku tak tahu dimana  rumahmu! Jangan berpikir yang tidak-tidak” kata Dan ia berdiri. Megeliatkan tubuhnya dan menggerakan anggota tubuhnya untuk melakukan olahraga kecil.
“lalu kenapa bajuku berubah menjadi seperti ini??!! apa kau melihat ku se..sedang??!!” Rin gelisah sekali.
“pelayan wanita dirumahku menggantikan bajumu itu” ujar Dan ia sepertinya sudah akan keluar dari kamar itu.
“oh... ja... jadi...”
“ya!, mau berkata apa lagi kau sekarang??”
“ah...oh...ehmm” rin salah tingkah.
“cepat ganti bajumu, kita berangkat sekolah bersama!” kata Dan tegas. Lalu ia keluar dari kamarnya itu.
Rin hanya melotot dan bengong.


Disamping tempat tidur itu ada sebuah meja kecil yang diatasnya terletak baju sekolah dan tas sekolah Rin yang sudah Rapi. Rin hanya bengong. Ia bukannya berganti baju malah berjalan-jalan di kamar itu. Menyusuri setiap sudut. Ia melihat banyak sekali boneka sapi di sana, dari yang kecil sampai yang berukuran seperti sapi sebenarnya.
“aku keliru, harusnya aku memanggilnya manusia sapi” ujar Rin, menyentuh boneka-boneka sapi itu.
Ia berjalan ke sudut lemari, ia lalu membuka lemari itu.
“omo~, seperti artis saja dia bajunya banyak sekali,” Rin melongok-longokan kepalanya kedalam lemari. Lalu ia menemukan setumpuk celana dalam.
“Omo!!! “ bruk! Rin langsung menutup pintu lemari tiu.
Ia menarik nafas pelan-pelan. Menenangkan dirinya.
“daerah yang tak boleh dijamah wanita” kata Dan tiba-tiba. Ia sudah berada di depan pintu masuk kamar. Dia sudah rapi sekali.
“lihat apa kau tadi?” tanya Dan, ia menyipitkan matanya.
“omo~ ti.. tidak aku tak lihat apa-apa”
“cih...” dengus Dan. “kenapa kau belum juga siap?” lanjut dan.
“oh... ini, sekarang aku akan bersiap-siap” kata Rin berlari membawa bajunya.
“keluar kau!” kata Rin pada Dan.
“tidak mau”
“kau ini aku akan berganti pakaian dan kau harus keluar!” Cerocos Rin. Melotot tak mau kalah.
“putar badanmu, dan masuk ke sana” suruh Dan.
Rin membalikan badannya dan langsung masuk ke ruangan yang di tunjukan Dan. Beberapa menit kemudian dengan cepat Rin sudah selesai dan siap. Untuk pergi bersekolah.
“rin berdiri di depan pintu.
“aku sudah siap Dan, ayo cepat kita berangkat.” kata Rin ia berjalan menuju pintu kamar untuk keluar.
“tunggu,” Dan menghentikan Rin. Ia memandangi Rin dari ujung kepala sampai ujung kaki.
“gaya macam apa ini? Rambutmu ini kenapa tidak di sisir?!” Dan menjawil rambut Rin. Rin meringis.
“argh!! lepaskan rambutku” Rin menepis tangan Dan dengan kuat.
“aish!!! kau ini, ikut aku” Dan menarik tangan Rin keluar dari kamar ia menyeretnya ke sebuah ruangan yang penuh dengan beberapa wanita berseragam.
“bereskan dia” kata Dan. Ia mendorong tubuh Rin untuk masuk kedalam.
“omo~ apa-apaan kau ini Dan.. omo omo!” Rin tak bisa berkata apa-apa lagi, ia sudah di seret masuk ke dalam ruangan itu. Beberapa menit kemudian Rin sudah selesai. Ternyata ia dibantu untuk merapikan rambut dan meriasi wajahnya. Rin berdiri cemberut.
“hei, berangkat sekarang?” tanya Rin. Pada Dan yang sedang membaca buku.
Dan menoleh.
SWING................
Ia melotot melihat Rin. Rambut Rin sudah rapi, tak menutupi wajahnya lagi yang acak-acakan. Ia mengenakan jepitan rambut untuk merapikannya. Wajah  Rin jadi lebih segar dengan polesan bedak tipis dan lip balm di bibirnya.
“hei! Kenapa kau diam saja?!” bentak Rin, ia menghentakan kakinya.
Dan tersadar dari bengongnya.
“oh... ya, ayo kita berangkat sekarang” kata Dan gelagapan.
Ia tak percaya wanita gila itu bisa terlihat cantik juga.
Ia terus mengatur nafasya. Ia pasti akan terus gelagapan. Rin berjalan mengikuti Dan dari belakang. Dan memasuki mobil yang selalu mengantarnya kesekolah. Tapi Rin tidak, ia berjalan menuju pintu gerbang sendirian.
“hei... mau kemana kau?” teriak Dan ia berlari menyusul Rin.
“kau ini mau kemana?” tanya Dan.
“pergi ke sekolah.” ujar Rin
“kenapa kau takmau naik mobilku?” tanya Dan lagi.
“aku mau naik bis saja, apa kata murid-murid di sekolah kalau aku keluar dari mobilmu, bersama kau lagi..' kataRin menjelaskan, ia memandang Dan tajam.
“kenapa kau melihatku seperti itu?' Dan langsung menutupi badan dengan kedua tangannya.
rin terus memandang Dan, ia mendekatkan wajahnya. Membuat Dan makin gelagapan.
“hee..heii kau..” 
Rin terus mencondongkan badannya. Dan makin gelagapan.
“aku pinjam uang untuk ongkos bis” Rin menengadahkan tangannya pada Dan.
Dan melotot. Dasar gadis ini, selalu saja membuat dan kaget.
“aku tak ada uang kecil, sudahlah ikut saja denganku” tawar Dan
“tidak mau, lebih baik aku berjalan kaki saja atau tak usah sekolah saja” Rin melengos pergi.
“hei.. hei.. tunggu, aku ikut kau saja naik bis” kata dan.
“Hah??!!” Rin melotot. Mana mungkin.......

Rin dan juga Dan, berjalan kaki menyusuri trotroar. Pagi itu lumayan cerah sehingga Dan mengeluarkan banyak keringat ketika sedang berjalan. Beda dengan rin, ia masih terlihat segar.
“hei, kenapa masih belum sampai? Mana halte bisnya??” Dan mulai misus-misuh lagi.
“sebetar lagi sampai, kau ini selalu saja ribut kalau sedang berjalan! Kenapa tadikau tak naik mobilmu saja? Hah?? malah ikiut ikut denganku. Dasar”  Rin menggerutu, ia berjalan dengan kaki di hentak-hentakan ke trotoar.
“ah,, itu dia bisnya!!” Rin berteriak lalu berlari mengejar Bis yang sudah akan melaju. Dan misuh, ia cepat menyusul Rin sambil menarik-narik celannya yang menjuntai sampai ke bawah sepatu.
“cepatlah kau Dan!”
“tunggu aku..!!” Dan berteriak.
Bis pun sudah melaju dengan menaikan kecepatannya. Tak terkejar lagi oleh mereka berdua.
“ah.... bisnya.......” Rin melambaikan tangannya kedepan , bak seseorang akan meraih sesuatu. Dan berhenti berlari ia kelelahan.
“dasar, desainer bodoh, memanjangkan celana hingga seperti ini!” Dan mengumpat-ngumpat menyalahkan model celana dan desainer yang merancang celana tersebut. Lalu Dan menoleh Rin yang tengah jongkok menatapi bis yang sudah melaju. Ia tersenyum.
“Hei, kita harus bagaimana sekarang?” tanya Dan menghampiri Rin.
“kau ini lambat sekali, tak ada cara lain lagi. Kita harus berjalan kaki menuju sekolah”
“Apa!! kau bicara apa? Berjalan kaki ke sekolah?!! itu tak mungkin, sebentar lagi juga sudah akan dimulai pelajaran, kita akan terlambat.” kata Dan panjang.
“tak apa, dari pada kita tidak sekolah” kata Rin lalu ia berdiri.
“kau ini, masalahnya kita pasti tidak akan di masukan oleh penjaga sekolah” kata Dan.
“cih.. benar benar bodoh” kata Rin meremehkan Dan.
“siapa yang bodoh hah?! Kau mau kita memanjat pagar lagi?! Kau yang bodoh.” Dan membalikan perkataan Rin, ia juga mendorong kepala Rin dengan telunjuknya.
“aish..! “ rin menepis tangan Dan.
“Dan, kau sungguh bodoh ya? Bukannya kau adalah keponakan dari kepala sekolah? Gunakan saja wewenangmu yang palsu. Ancam penjaga sekolah itu dengan pemecatan.” kata Rin. Dan mendelikan matanya.
“cih...kau” Dan memalingkan mukanya, ia menunduk tersenyum.
“baik, akan aku gunakan wewenang palsu itu.”
kata Dan dengan gaya cool-nya.
“baiklah... ayo kita jalan!” Kata Rin.
Merekapun berjalan menyusuri jalan tol yang lumayan sangat jauh. Biasanya Rin sekolah dengan menggunakan bis atau menaiki sepedanya. Sedangkan dan menggunakan mobil mewahnya dan pula di tambah sopir yang setia.
Sudah beberapa kilometer mereka berjalan. Dan misuh-misuh sepanjang jalan, Rin menutup kupingnya rapat-rapat sambil bernyanyi-nyanyi tak jelas. Tak mau mendengarkan keluhan Dan.
“hei.... istirahat sebentar!! kita sudah berjalan sepuluh kilometer lebih, kenapa tak ada istirahatnya?!” Dan memegangi lututnya. Ia lalu menyender di tembok.
“ayolah... kau jangan malas seperti itu,” ujar Rin membujuk Dan. Ia berlari kecil menghampiri Dan.
“istirahat sebenta ya? Aku mohon..” kata Dan memelas, lalu ia jatuh terduduk.
“kau, bawa air di ranselmu?” tanya Dan.
“kalau aku berangkat dari rumahku sendiri aku pasti akan membawanya” jawab Rin. Ia juga ikutan duduk.
Beberapa menit kemudian mereka selesai untuk beristirahat, mereka tengah di kejar waktu agar bisa ke sekolah.
“ayo... kiat teruskan lagi!” kata Rin bersemangat. Ia melaju paling depan.
“kalau dulu aku sudah marah-marah padanya pasti!” batin Dan. Ia berjalan lagi. Dan memandangi rin yang berjalan di depan, ternyata seperti itu gayanya berjalan kata Dan dalam hati. Ia memerhatikan kaki Rin.
“besar sekali kakinya, pantas saja ia selalu berjalan seperti ini.” kata Dan lagi. Tapi sepertinya ada yang aneh dengan cara berjalan Rin. Seperti sedang menahan sesuatu. Terus saja Dan memerhatikan cara Jalannya Rin. Ia yakin ada sesuatu. Benar, Rin berjalan semakin lambat. Iapun hampir tersusul oleh Dan.
Dan berjalan mendahului Rin. Lau ia menghadang Rin.
“berhenti” kata Dan cool.
“apa?” kata Rin cuek.
“buka sepatumu “ ujar Dan.
“hah??!”
“cepat buka sepatumu!”
“tidak mau! Mau apa kau? Mau menjual sepatuku hah?!' kata Rin sedikit berteriak. Dan menarik tangan Rin dan mendudukannya di kursi tembok. Dengan paksa Dan membuka sepatu Rin. Kaki sebelah kanan.
“sudah kuduga” kata Dan. Matanya melihat pergelangan kaki Rin yang berwarna keunguan.
“mengapa kau tak bilang kakimu sakit?” dan sudah kembali lagi dengan cara bicara dinginnya. Tak ada lagi misuhannya.
“Tak ada waktu untuk menjelaskan hal itu. Ayo cepat kita teruskan lagi, sebentar lagi pelajaran Bu lastmi” rin mengalihkan pembicaraan.
“tak usah mengalihkan pembicaraan seperti itu. Kenapa kau tak bilang kakimu sakit?!” desak dan dengan intonasi yang di tekan.
“ahh... kau ini,, biarkan saja..” Kata Rin. Ia merebut sepatunya. Tapi dan langsung menarik lagi sepatu Rin.
“kenapa?!”
Rin menghela nafas.
“aku tak ingin bilang saja. Cuma itu.” kata Rin.
“cih.. dasar! Seperti itu lagi.” kata Dan. Ia membalikan tubuhnya. Memunggungi Rin.
“ayo naik” kata Dan.
Rin bengong.
“cepat naik!”
“naik kemana?!” tanya Rin bingung.
“ke punggungku! Bodoh.”
Dan menarik tangan Rin melalui atas pundaknya. Sehingga Rin terjatuh di punggung Dan. -posisi menggendong-
“lepaskan aku!!” Rin berontak.
“tidak,” kata Dan.
“lepaskan aku!! aku bukan anak kecil lagi!”
kata Rin tetap berontak.
“baik, akan ku lepaskan tapi kulepaskan ke sungai itu!” kata Dan menunjuk sungai besar di samping mereka.
“aish! Kau ini ...” Rin tak bisa berbuat apa-apa. Kali ini dia mengalah untuk mau di gendong Dan.
“makan apa kau ini?? berat sekali! Sepertimmenggendong induk sapi!” kata Dan meledek Rin.
“lalu kenapa kau tak mau menurunkanku!! dasar!”
“kalau ku turunkan, sapi sepertimu pasti lambat untuk berjalan. Lalu aku membantu sapi sialan sepertimu!”
“ tak ada kata yanglebih bagus ddari pada sapi hah?! Berotak sempit kau!” kata Rin tak mau kalah.
“kau, yang berotak sempit! Tak ada kata lain selain Manusia serigala hah?!” Dan menirukan gaya Rin berbicara.
Mereka terus saja bertengar-tengkar kecil di sepanjang perjalanan menuju sekolah. Sampai akhirnya mereka sampai juga di sekolah. Ternyata Rin menunjukan jalan pintas. Mereka sampai di belakang sekolah, tempat di mana danau hitam berada.
“argh!! lepaskan tanganmu dari mataku bodoh!” teriak Dan pada Rin yang sedang menutupi kedua matanya.
“haha kau kan menusia serigala,kau bisa melihat di kegelapan kan?” kata Rin ia terus saja menutupi mata Dan dengan kedua tangannya.
“aish!! bodoh...!!”
DUK! Kaki dantersandung mengenai sesuatu yang sepertinya ranting pohon besar. Dan oleng, ia tak bisa mengendalikan keseimbangan tubuhnya. Rin berteriak-teriak ia takut kalau mereka akan jatuh dan masuk ke danau.
BRUK!  Akhirnya mereka berdua jatuh.
“ahhahaha....”  Dan tertawa-tawa. Rin juga ia tertawa. Betapa bodohnya mereka melakukan hal-hal bodoh  seperti anak kecil.
Tak lama,merekapun sampai di depan danau yan disana terdapat lorong yang bisa masuk ke dalam kelas. Rin yang menemukan lorong itu jauh hari sebelumnya.

“aish... punggungku rusak di tindih sapi sepertimu!”
kata Dan, ia mulai misuh lagi.
“kalau begitu cepat turunkan aku!”
“iya! Aku sedang akan mengerjakannya!”

“sedang apa kalian?” tiba-tiba ada orang yang memergoki mereka, ia membawa satu kaleng minuman soda di tangannya.
Jude.

Jumat, 25 Februari 2011

story I dont know the title part 3


Secangkir kopi hangat telah mendarat di tangan Rin, ia terus memegangi cangkir kopi itu, menunduk. Ia hanya bisa diam saja. Jude duduk dengan tenang, tangan kirinya berada di saku celananya. ia memasukan sedikit gula ke cangkir capucinonya dengan tangan kanan, mengaduknya pelan. Jude menghela nafas panjang. Dan mendelik kearah Jude, ketika mendengar embusan nafas Jude yang begitu terdengar. Dan meminum Coklat panasnya.
“Ekhem” Rin berdehem, tanda akan memulai pembicaraan ini.
“ehm.. ka.. kalian saling mengenal?” tanya Rin menunjuk mereka berdua. Dan melengoskan kepalanya, seolah tak ingin menjawab pertanyaan Rin. Namun beda dengan Jude, ia menjawab bijak.
“Ya kami saling mengenal, kami satu kelas dulu” ujar Jude, ia kembali mengaduk capucinonya.
Rin, melotot.. kalau mereka sekelas, berarti mereka seumur, berarti Dan...
“kyaaa!!!” Rin tiba-tiba menjerit.
“kenapa? Baru tahu sekarang kalau aku lebih tua dari mu?” kata Dan sinis. Rin memandang Dan beberapa detik lalu menunduk lagi. Manusia serigala itu sepertinya sedang sangat kesal, Batin Rin.
Jude, hanya tersenyum.
“auh...” Rin mengaduh. Ia teringat banyak berbuat yang tidak-tidak pada Dan.
Tiba-tiba dari kejauhan terlihat seorang perempuan dengan penampilan glamor, namun elegan, datang menghampiri mereka, ia menaruh tas berwarna merah marunnya di meja. Dengan paniknya ia langsung memeluk Jude. Tapi Jude langsung menghela wanita itu. Seolah tak ingin membalas pelukannya.  Rin bengong kaget. Dan juga, namun dan langsung memalingkan pandangannya, ia merasa jijik melihat mereka.
“Jude, kau tidak apa-apa? Ada yang sakit? Kudengar kau tersesat di hutan benar begitu?” kata wanita itu.
“ Tidak, salah bukan aku, tapi Dan.” ujar Jude datar.  menunjuk Dan dengan dagu.
Wanita itu, menoleh ke arah Dan, tapi tatapannya sangat tidak berarti apa-apa.
“oh,, kau tak apa-apa?” kata wanita itu datar seperti di buat-buat. Dan hanya diam saja ia tak melihat wanita itu.
Rin memandang Jude, Rin memandang Dan, lalu ia memandang wanita cantik itu. Terus ia melakukan itu bebearapa kali mengamati raut wajah mereka masing-masing. Rin berpikir sejenak merarsakan atmosfer berbeda ketika wanita cantik itu datang menghampiri mereka berdua. Rin tersenyum mengerti.
“Kak, Jude, bolehkah aku pulang sekarang? Aku ada sesuatu yang harus aku kerjakan dirumah.” ujar Rin. Ia berdiri siap-siap untuk pergi dari situ.
Jude mendongak, ia heran kenapa Rin, tiba-tiba ingin segera pulang. Padahal ia masih ingin bermain dengan Rin.
“aku antarkan kau ya?” kata Jude. Yang langsung berdiri, menawarkan jasa. Wanita di sebelahnya mendelik seperti tak suka. Ia memandang Rin dari ujung rambut sampai ujung kaki, beberapa kali.
“ah,, tak usah repot-repot, aku pulang bersama teman.” kata Rin. Ia langsung menjawil lengan Dan, dan menariknya dari situ. Dan bingung dan melotot lagi, ia berusaha berontak untuk melepaskan tangannya. Namun tarikan tangan Rin lebih kuat dari pada Dan. Dan melotot, Rin juga melotot.  Rin berbicara  namun tak mengeluarkan suara. Ia memberi tanda agar mereka harus segera pergi dari situ.
“kami pergi” Rin pamit dan menarik tangan Dan keras. Hampir saja Dan jatuh tersandung kursi. Ia mengumpat-ngumpat kecil. Dan terpaksa menuruti Rin. Daripada ia terjatuh di hadapan wanita itu, mukanya akan berubah menjadi hijau karena malu.
Jude terlihat sebal saat itu. Ia menggenggam keras sendok gula yang tadi ia gunakan.


“ apa yang kau lakukan tadi kepadaku?!!” Dan berontak melepaska tangannya. Ia kesal, kakinya yang sedang sakit harus di bawa lari seperti itu.
“kau ini jangan pura-pura marah seperti itu, kau pasti akan berterimakasih kepadaku.” kata Rin yang terus berjalan tak memperdulikan Dan lagi.
“Hei!! tunggu memangnya kau tahu apa tentang aku hah?!” dan berlari kecil menyusul Rin.
Rin hanya tersenyum, ia hampir akan tertawa terbahak-bahak lagi. Tapi Dan bisa mencium gelagat Rin. Ia  melotot lagi dan menggeram sedikit. Rin terdiam, ia langsung menutup mulutnya, agar tak terlihat akan tertawa lagi.
“kau suka kan pada wanita itu?” tanya Rin ia mencondongkan kepalanya untuk melihat raut wajah Dan. Dan sedikit tersentak.
“kau...” desis Dan.
“ya.. ya.. ya.. aku sudah tahu jawabannya, cinta bertepuk sebelah tangan kan? aku mengerti... aku mengerti..” kata Rin seperti mengejek Dan. Dan hanya memandang sinis Rin.
“iya, maafkan aku. ayo cepat jalan.” Rin menarik tangan Dan, untuk segera pergi dari tempat itu. Dan menuruti ajakan rin, ia pun berjalan dengan terpincang-pincang.
“ tenang saja, aku tak akan beri tahu orang lain, aku penjaga rahasia yang tak akan kau ragukan.” ujar Rin, ia tak melepaskan genggamannya. Mereka masih bergandengan tangan.
“Hei...”
“Apa?”
“Lepaskan tanganku..” kata Dan. Rin tersadar, ia memandang lengannya yang sedang memegangi tangan Dan.
“oh, iya aku lupa.” Kata Rin. Ia melepaskan tangan Dan. Dan kembali melihat rin, ia menarkan bibir atasnya.
Dasar wanita ini, apa ia tak merasakan apa-apa setelah memegangi tanganku? Batin Dan.
Dan terus memandangi Rin dari belakang. Ia merasa aneh, kenapa ia santai saja berada di dekat dengannya sementara orang-orang lain selalu saja menggebu-gebu atau salah tingkah di depanya.
“hei, kau mau ikut aku?” kata Rin, ia membalikan badannya tiba-tiba. Membuat Dan kaget. Dan segera memalingkan pandangannya berpura-pura tak melihat Rinlagi.
“kemana?” kata Dan.
“ketempat yang sangat menyenangkan di dunia ini.” kata Rin bangga.
“memangnya kemana?  Apa bagusnya untuku tempat itu?” tanya Dan seperti tak peduli. Padahal ia penasaran.
“ ikuti saja aku kalau memang kau mau ikut .” Kata Rin yang langsung membalikan badannya lagi berjalan maju dengan sedikit menaikan kecepatannya.
“hei... tunggu aku..”
---------------------------------------------------------------
Rin dan Dan sedang berdiri di depan kedai eskrim yang catnya berwarna-warni. Terdapat sebuah patung eskrim yang besar dan sangat menggiurkan lidah, patung itu di bubuhi dengan cat berwarna coklat yang memperlihatkan seolah-olah cat itu adalah coklat yang meleleh. Dan satu hiasan strawberry yang letaknya terbalik menancap tepat di atas patung es-krim itu.
Dan melipatkan keningnnya, bibir atasnya terangkat beberapa milisenti.
“tempat apa ini?” katanya dengan sangat bingung ia menanyakan hal itu pada Rin.
“ini adalah tempat yang paling indah di didunia” kata Rin tersenyum-senyum. Ia menggerak-gerakan lidahnya,menjilati bibirnya. Rin membayangkan sebentar lagi ia akan memakan eskrim yang sangat lezat.
“aku tak mau kesini” kata Dan ketus.
“hah?! Kau ini bagaimana? Ayolah kita masuk, aku sudah tidak tahan untuk menikmati eskrim kedai ini, kau tahu, eskrim di sini sangat enak!, tapi terserah kau saja, kalau mau pulang,pulang saja sana.” kata Rin, lalu ia melengos berjalan menuju kedai eskrim itu.
“cih...” Dan berjalan mengikuti Rin. Pulang juga ia tak tahu harus melewati jalan mana.
Mereka mulai memasuki kedai eskrim itu, ketika mereka masuk, terlihat banyak sekali pengunjung di dalam kedai itu. Dan melihat anak-anak yang tertawa-tawa menikmati eskrim mereka, suami-istri yang sedang menyuapi satu sama lain, satu keluarga  yang duduk bersama dan bergembira. Dan para manula kakek-nenek yang terlihat senang menikmati eskrim di sini. Mereka sepertinya sedang bernostalgia pada zaman mereka muda dahulu. Dan jadi mengerti kenapa Rin menamakan tempat terindah di dunia karena ia bisa merasakan hawa kegembiraan yang hangat di kedai ini. Di tambah pula para pelayan yang ramah, dan penjaga kasir yang selalu tersenyum pada pelanggannya.  Rin memilih duduk di sebelah jendela agar ia bisa melihat keaadaan di luar. Sedangkan Dan memilih duduk di pojok.
Seorang pelayan menyerahkan buku menu pada Rin, lantas rin memilah-milah eskrim mana yang akan dia makan.

“TANTANGAN  RAJA ESKRIM JUMBO!!!”

“apa ini?” Rin menunjuk tulisan itu dan memperlihatkannya pada pelayan disamping.
“itu adalah, tantangan dimana jika kau menghabiskan eskrim itu, kau akan mendapatkan hadiah menarik” ujar pelayan itu memberikan penjelasan yang membuat Rin melotot, ia kembali melihat buku menu itu, ia sangat tertarik. Tapi... apa bisa aku menghabiskannya sendiri? Batin rin.
TING!! tiba-tiba ada sebuah lampu yang menyala di otak Rin.
“Dan!!!!” teriak Rin.
Dan menoleh Rin, jaraknya lumayan berjauhan.
“apa?” katanya tanpa berteriak.
“ayo kesini” Rin melambai-lambaikan tangannya menandakan agar Dan mau pergi ketempatnya ia duduk. Tapi Dan membuang muka ia kembali melihat-lihat menu eskrim yang ada di buku menu.
“aish” rin berlari ke arah Dan, di ikuti pula oleh pelayan yang tadi mengurusi Rin. Ia menarik kursi dan langsung duduk.
“ hei, coba lihat ini!!! “ Rin memperlihatkan buku menu yang ia bawa-bawa.
“memangnya ada apa?” Dan menengok buku menu yang di perlihatkan Rin.
Rin menunjuk tulisan tantangan eskrim tadi.
“ayo kita coba ini bagaimana?” Rin menaikan satu alisnya.
“aku tidak mau” kata Dan singkat. Pandangannya kembali pada buku men berbagai macam es-krim tadi.
“ayolah, kau tak lihat? Nanti kita dapat hadiah yang menarik! Ayolah Dan.”
“kau ini!”
“maaf, mungkin sebaiknya anda coba saja tantangan ini karena ditiga puluh tahun ini belum pernah ada yang bisa memenangkan tantangan ini” sela pelayan yang dari tadi berada di samping menja mereka.
“ayolah...” Rin memelas.
Dan mendelikan matanya, mengela nafas menyerah.
“ya sudah, aku mau.” Kata Dan akhirnya.
“yeah! Aku  terima tantangan ini! “ kata Rin berdiri dan berteriak membuat mata-mata orang-orang yang mengunjungi kedai itu tertuju padanya.
“kau sedang apa?!” Dan menarik Rin untuk duduk lagi.
“jangan buat aku malu!” kata Dan lirih.
“iya. Maaf..”
Tapi tetap saja orang-orang di sana tak melepaskan perhaatiannya.
Beberaapa menit kemudian 5 orang pelayan mendorong troli pembawa eskrim jumbo.
Dan melotot kaget, hampir ia jungkir balik karena melihat besarnya eskrim itu.
“wuah.... besar sekali..” kata Rin takjub.
“ayo! Kita berusaha!” teriak Rin lagi, ia ancang-ancang menyiapkan sendoknya.
Dan tetap saja melotot saking kagetnya.
DUK! Rin menendang lagi dengkul Dan.
“aish! Apa-apaan kau??” dan meringis.
“ayo kita mulai!” kata Rin penuh semangat.
Dan mengangguk. Ia sudah bersiap dengan sendoknya.
Lalu ia memulai untuk memakan eskrim itu.
Sendokan pertama, mereka masih terlihat segar dan bersemangat. Rin dan Dan terus menyendokan eskrim itu ke mulutnya. Sendokan ke 23 mereka sudah berkeringat. Dan terlihat lelah, namun tetap maju karena melihat Rin yang belum terlihat lelah. Dan tak mau kalah dari gadis menyebalkan itu. Terus saja mereka memakan eskrim jumbo berukuran setengah meter itu. Pengunjung kedai di sana terus bersorak sorak menyemangati mereka. Anak-anak yang paling ramai menyemangati mereka hingga sampai menari-nari seperti pemandu sorak namun tanpa pom-pom.
Sendokan ke 34, rin terlihat lelah. Tapi sebaliknya Dan yang semakin tangguh, berteriak-teriak agar Rin bisa terus memakan eskrim.
“ayo cepat habiskan!” kata Dan yang mulutnya di penuhi eskrim.
Pelayan yang di samping mereka terus mengamati penghitung waktu di tangannya.
“hmm!” Rin mengangguk dan terus memakan eskrim. Sampai akhirnya mereka berdua berhasil menaklukan tantangan raja eskrim jumbo. Satu suapan terakhir telah di habiskan Dan.  Mereka kewalahan dan duduk terkulai lemas karena kekenyangan.
Rin mengusap-ngusap perutnya, sama halnya dengan Dan ia memukul-mukul dadanya. Untuk menelan sisa eskrim terakhirnya yang masih berada di mulut. Pelayan di samping segeta memencet salah satu tombol yang ada di alat penghitung waktu itu.
Akhirnya mereka berhasil, pengunjung di sana bersorak berdecak kagum.ikut senag dengan kemenagan itu.
Dua buah Mug besar berwarna pink dan berhiaskan jantung hati yang terpisah, menjadi hadiah atas mereka yang memenangkan tantangan. Jika Mug itu di berdirikan sejajar. Terlihat gampar jantung hati itu bersatu.
Dan bengong, ia tak mengira hadiahnya hanya dua buah Mug. Ia berusaha menghabiskan eskrim jumbo  itu tapi hanya dapat dua buah Mug.
“apa ini?” Rin mengangkat Mug itu.
“Kukira akan dapat hadiah yang besar, kenapa hanya gelas seperti ini? Hufff...” Rin ambruk di meja ia kelelahan.
“kubilang juga apa!” kata dan membenarkan perkataannya yang lalu.
“sudahlah, ini satu untuku, dan ini untukmu” Rin menyodorkan Mug itu ke arah Dan.
“Lihat, ternyata cuma sebuah Mug, kalau aku sakit perut akan ku salahkan kau!.” kata Dan misuh-misuh.
“aku juga tidak tahu, kukira dapat hadiah besar” ucap Rin.
“aku yang paling banyak menghabiskan eskrimnya. Kau itu lamban sekali!” kata Dan.
“tidak, aku bergerak cepat untuk menghabiskannya, justru kau yang lamban sekali.” kata Rin tak mau kalah.
“siapa bilang, kau yang lamban bodoh!” kata Dan menyerang tak mau kalah.
“aku yang bilang! Kau yang bodoh! Dasar manusia serigala!”
“Dasar kau bisanya cuma mengejek! Apa tak ada kata-kata lain? Bodohnya kau” kata Dan. Tapi kenyataanya, Dan lah yang paling banyak memakan eskrim itu karena ia menggunakan sendok yang lebih besar dari Rin.
Mereka terus saja bertengkar kecil. Saling menuduh.
Tiba-tiba pria dan wanita tua yang duduk di sebelah meja mereka berbicara.
“sudah jangan bertengkar, kalian tak tahu mitos di sini?” kata pria tua itu.
“mitos apa?”Rin melipatkan keningnya.
Dan juga memasang telinga. Walau tak melihat pria tua itu berbicara.
“mitosnya adalah, jika ada seorang pria dan wanita yang berhasil menghabiskan tantangan raja eskrim jumbo, mereka akan menjadi sepasang kekasih, bahkan menikah, bahkan sampai tua” sambung  wanita tua yang berada di samping pria tua.
Dan menaikan bibir atasnya lagi. Aneh sekali, batinnya. Ini sudah beda dengan jaman waktu para manula itu muda.
“memangnya benar bisa begitu? Aku tak percaya Nek.” kata Rin.
“ya, ini kan sebuah permainan.” Lanjut Dan.
“memang benar” kata Pria tua itu.
Rin dan Dan makin bengong lagi melihat tingkah aneh dua manusia itu. Yang senyum-senyum berdua.
“Karna kami juga dulu berhasil menghabiskan eskrim tantangan raja Jumbo itu” Ujar mereka berdua.
Dan dan Rin makin melotot kaget.
“Tidak mungkin!!!!!” kata mereka berdua. Berteriak.

Kamis, 24 Februari 2011

story I dont know the title part 2


Jude barnet lee. Pria berumur 18 tahun ini adalah pria yang pasti di kenal oleh semua murid di sini. Tak hanya tampan, cerrdas juga baik hati. Ia adalah putra pertama dari keluarga shihoudou wardoyo. Orang yanng menjadi donatur utama sekolah elite ini.
Banyak wanita yang mengincarnya karena ketampanan dan kekayaanya.

------v------v-----v-----v----v-----v-----v-----v------v

“oh... iya aku baru ingat kau.” Ujar Rin.
“benar sudah?” tanya jude memiringkan wajahnya.
“yap!, tapi... kenapa kau mau bersama denganku di danau hitam yang banyak monster juga hantu?”
“memangnya kenapa? Tidak boleh?” jude mengerutkan keningnya.
“ya... aneh saja, kau kan pria yang populer,, kenapa malah d sini harusnya kau itu kan digandrungi wanita-wanita. Seperti si brengsek manusia serigala itu..” ujar Rin menggebu-gebu.
“brengsek? Siapa si brengsek?”
“si bodoh Dan”
“ oh, si anak baru itu... dan kenapa kau juga ada di sini? Bukannya kau itu kan anak kelas sebelas yang seharusnya pada jam segini kau harus tepat berada di kelas?” tanya jude balik pada Rin yang sedang mengotak-ngatik bentuk tangannya.
“yah... kau tahu aku tak suka sekelas dengannya. Apalagi mejaku sangat bedekatan dengan mejanya. Menyebalkan sekali bisa sebangku berdekatan denga si brengsek itu..”
ujar Rin dengan lemas ia membayangkan apa jadinya kalau ia sekelas bertahun-tahun bersamanya.
“kau anak yang menyenangkan juga ya...” kata Jude.. ia tersenyum melihat tingkah bodoh Rin.
“oh, ya kau.. siapa namamu?”
“panggil saja aku Rin.. “ ujar Rin ia sudah menghasilkan sebentuk hewan dari kreasi bentuk-bentuk tangannya.
Jude terlihat geli dengan apa yang dilakukan Rin saat itu.
“ hei pria wc.. atau kak jude, kau pernah merasakan tidak  rasa kebencian pada seseorang?” tanya Rin menancapkan pandangan matanya pada Jude.
“tentu saja aku pernah merasakan hal seperti itu. Memangnya kenapa? Kau sedang merasakan itu sekarang?” Balas Jude menancapkan pandangan matanya.
“yeah.. seperti itulah... aku sedang benci pada seseorang. Tepatnya seekor.”
“memangnya kau benci pada hewan?”
“tidak...tidak.. aku hanya benci pada seseorang yang sudah mau jadi hewan.”
“boleh ku tahu siapa itu?” Jude menaikan alisnya sebelah.
“itu... siswa baru itu yang ku ceritakan tadi.. si Dan manusia serigala bersisik bau itu.”  ujar Rin ketus ia merusak bentuk hewan yang mirip serigala di tangannya.
“ahaha.... memmangnya dia kenapa?”
“ dia itu menyebalkan sekali... masa aku di sebut bukan wanita karna dadaku tidak besar”
Jude bengong. Rin pun sama ia kehilangan kesadaran dan bengong sesaat.
“ah!! bukan... dia selalu menggangguku..” ralat Rin. Bodohnya... kok aku mengatakan hal yang sangat memalukan batinnya. Ia memukul-mukul pelan kepalanya.
“ahahaha... dasar kau.., terus mengapa kau begitu benci padanya? Padahalkan dia hanya menggagumu?” Jude meminum coklat hangat yang dari tadi ia bawa.
“ bukan hanya mengganggu. Ia selalu menimbulkan masalah. Dan pasti aku yang akan kena hukuman dari bu Lasmi yang super kejam itu.. kepala sekolah juga. Kenapa ia harus memasukan keponakannya ke sekolah ini. Itu tidak adil kan? Mentang-mentang keponakan kepala sekolah ia di perlakukan istimewa sekali. Dasar!” rin mengulek-ulekkan tangannya.
Lagi-lagi Jude hanya tersenyum melihat Rin.
“hei kau...?” tanya Jude
“ya?” Rin menoleh menatap Jude.
“kau... bisa kita pergi bersama besok?”
“mau apa? Aku tidak mau kalau kau akan macam-macam padaku..” Rin mendelikan matanya sinis menyeramkan.
“tidak... aku tidak akan macam-macam. Cuma ingin bermain saja. Sudah lama aku tidak bermain.” jude melenturkan tangan dan lehernya.
“kenapa harus denganku? Kau bermain saja dengan temanmu.” kata Rin.
Jude menghela nafas.
“aku tak punya teman” kata Jude. Matanya memandang ke langit yang mendung.
Rin bengong. Masa pria sepopuler itu tidak mempunyai teman.
Jlug! Rin loncat dari dahan pohon rendah yang ia duduki. Lalu berjalan sedikit mendekati Jude dan mengulurkan tangannya. Jude terdiam. Ia bengong.
“kau... sekarang kau temanku. Dan aku adalah temanmu. Salam kenal.” uajr Rin.
Jude pun membalas uluran tangan Rin. Dan tersenyum lalu berkata
“salam kenal”
------------------v----------------------v-------------v-----


day of play together

hari esok pun tiba. Hari itu adalah hari minggu. Aktivitas belajar-mengajar pun libur. Kecuali bagi anak-anak tertentu yang termasuk anak-anak ber-IQ tinggi,dan mempunyai 'nama', mereka biasanya menghabiskan hari minggunya ini untuk belajar di sekolah ini. Tak tahu mereka benar-benar belajar atau tidak itu adalah rahasia mereka sendiri.
Rin berjanji akan menunggu Jude taman hiburan. Mereka  berjanji untuk bermain di sana.
Rin menggigiti ujung kukunya. 15 menit sudah ia menunggu Jude. Tapi Jude belum terlihat juga. Kakinya sudah pegal untuk menunggu Jude. Padahal baru 15 menit lewat. Rin tak suka menunggu. Itulah hal yang ia tidak suka. Apalagi kalau yang di tunggu itu datang terlambat. Ia pasti murka. Sampai 30 menit Jude belum terlihat juga. Rin makin kesal.

2 menit kemudian Jude pun datang dengan menggunakan mobil keluaran terbaru. Rin menatap jude kecut, ketika jude menatapnya.
“ekhem” Jude berdehem sedikit sebelum memulai pembicaraan.
“sudah jam berapa sekarang?” tanya Rin.
Jude cepat melirik arloginya.
“Jam sembilan lewat tiga puluh dua menit” ujar jude menatap kembali Rin yang tetap saja bersingut.
“kau janji jam berapa kemarin?” tanya rin lagi.
“jam sembilan” jawab Jude.
Rin terdiam. Ia mendelikan matanya.
“oke,, maafkan aku, aku sudah terlambat, aku tak tahu bahwa kau akan menepati janji dengan tepat. Jadi maafkan aku ya?”
Jude memiringkan wajahnya menengok wajah Rin yang menunduk.
“tapi kau lama sekali, kakiku pegal” ujar Rin.
“mau ku lakukan apa untukmu?” tanya Jude.
“hmmm” Rin tersenyum dan berimajinasi lagi memikirkan sesuatu.
“selama kita bermain disini kau harus membelikanku tiga puluh dua macam makanan, termasuk minuman. Setuju?” rin menawarkan kesepakatan yang membuat Jude geli.
“tidak masalah, jadi, pertama kita mau kemana sekarang?” tanya Jude.
“pertama-tama belikan dulu aku permen gula gulung yang ada di sebelah sana lalu kita main komidi putar, bagaimana?”
“kelihatannya aku sedang dimanfaatkan olehmu ya?” Jude menyunggingkan senyum.
“secara tidak langsung” kata Rin simpel. Mengacungkan jari telunjuknya. Dan berlari mendahului Jude.
Jude tersenyum, dan menyusul Rin.
Mereka lalu mencoba beberapa permainan yang terdapat di taman hiburan itu. Terlihat jude sangat senang sekali bisa bermain bebas seperti ini.
“12,13,....17” jari-jemari Rin terangkat satu persatu,,
“baru tujuh belas macam makanan yang kau belikan untuku, berarti sisa...” Rin melanjutkan perhitungannya lagi.
“sisa 15 lagi,” kata Jude, ia tak perlu menghitung dengan jari perhitungan seperti itu.
“kau ku belikan kopi dingin saja sekarang, tunggu ya..” kata Jude sembari beranjak mencari kedai kopi di sekitar sana.
Rin mengacungkan tangannya bertanda 'ok'. Dan menunggu Jude, menyender di sebuah pagar yang mengelilingi pohon besar.

“sedang apa kau di sini?” tiba-tiba sebuah tangan besar memukul pelan kepala Rin dengan sebuah surat kabar yang di gulung. Rin kaget. Ia melotot melihat sosok itu yang tengah menatap kepadanya.
“aish apa-apaan kau?!” Rin memegangi kepalannya yang di pukul Dan.
“aku hanya bertanya..” ucap Dan enteng seperti tak punya dosa.
“cih.. bertanya saja kau memukul! Dasar!”
HABUAKH!!.
cepat Rin berlari setelah melakukan aksi pembalasan dengan menendang dengkul Dan yang di lapisi celana yang terlihat mahal.
Dan memegangi lututnya dan berteriak-teriak meneriaki Rin yang kabur.
“dasar!!!!!! wanita gila!!” teriaknya.
Rin tergopoh-gopoh berlari memasuki sebuah perkebunan yang sepertinya di peruntukan untuk anak-anak yang ingin mengetahui macam-macam buah. Rin terus berlari melewati pohon pohon apel matanya bergerak-gerak untuk mencari tempat persembunyian yang aman dan terhindar dari amukan monster serigala Dan. Namun aksinya tidak berhasil kali ini. Dan gesit menjawil lengan Rin dan menariknya. Rin berontak. Sedikit terjadi suatu perkelahian kecil disana. Mereka terus saling kejar mengejar sampai akhirnya mereka tersadar bahwa mereka tersesat terlalu jauh. Bukannya di kebun apel tapi seperti di hutan.
“hei kau... sekarang kita berada di mana?” tanya Dan yang masih ngos-ngosan ia memegangi kedua lututnya.
“aku juga tidak tahu! Ini gara-gara kau Dan!” Rin juga terlihat kelelahan karena berlari terlalu lama.
“kenapa semua salahku? Ini salahmu tolol!” kata Dan keras.
“kau bodoh! Bukan aku!”
“argh... sudahlah bukan waktunya untuk bertengkar” Dan jatuh terduduk.
“ hei... kau... berikan aku air itu” Dan meminta Rin untuk  berbagi air minum. Terlihat Rin sedang enak-enaknya minum.
“tidak mau” rin memasukan botolnya kedalam ransel yang sudah ia siapkan.
“jahat sekali kau...” Dan menghela nafas.
“gara-gara kau, temanku pasti menungguku” kata Rin cetus.
“memangnya kau mau apa datang ke tempat ramai seperti di sini. Wanita aneh sepertimu datang ke taman hiburan. Bukannya kau lebih suka ke tempat-tempat aneh di sekolah?”
“enak saja! Aku kesini akan bermain bersama teman. Aku sudah janji padanya tapi malah dirusak oleh kau!” rin marah lagi. Darahnya sudah hampir naik ke ubun-ubun.
“cih.. sombong sekalli kau.. memangnya siapa temanmu itu?”
“memangnya kau siapa? Ini bukan urusan mu!” ujar Rin melengos.pergi.
“hei... mau kemana kau?!” tanya Dan ia bangun dari duduknya dan menyusul Rin.
“ mau kemana lagi? Mencari jalan untuk bisa pulang.” rin mengeluarkan kompas dari ranselnya. Ia mencari arah utara.
“oh... lewat sini..” gumam Rin. Dan mengikuti kemana Rin melangkah..
“hei... kau, kenapa kita menuju arah utara?! Inikan bukan hutan sungguhan.. ini kebun..” ujar Dan melangkah menyusul sedikit langkah Rin.
“kau tak pernah lihat di film?”
“cih alasan yang tidak logis..” dan melangkahkan kakinya lagi lebih dulu dari Rin.
Rin berjalan cepat, ia tak mau berbarengan dengan manusia serigala itu.
Sementara Dan terus mengikuti Rin ia tak mau kehilangan orang itu agar bisa keluar dari kebun ini.
Banyak sekali pohon-pohon besar, dan terlihat seperti ada kehidupan hewan di sini. Rin melihat banyak serangga dan ulat bulu di sana-sini.
Dan misuh-misuh sendiri ketika melihat serangga.
“hei, wanita gila tunggu aku!!” Dan berteriak-teriak. Rin tak memperdulikannya ia terus berjalan sembari melihat kompas di tangannya.
“hei!!! tolong aku!! tolong!!” teriak Dan. Rin menghentikan langkahnya. Ia mendengar Teriakan Dan dengan sedikit tekanan nada yang berbeda. Rin menoleh kebelakang, tak lama ia menatap arah depan kembali dan meneruskan jalannya.
“tolonngg!!!”
Rin berhenti kembali. Ia berpikir sejenak apa yang harus ia lakukan. Rin memutuskan berbalik arah, sebenarnya ia tak mau melihat makhluk serigala itu.
Pelan-pelan pandangan rin memperlihatkan Dan yang sedang berdiri gelisah di dekat pohon alpukat. Kening rin melipat “kenapa dia?” batinnya.
“hei... wanita gila, cepat tolong aku!”kata Dan. Ia tetap tidak bergerak.
“memangnya kenapa kau?? kukira kau masuk jurang tadi.” jawab Rin.
“aish... cepatlah tolong aku!! jangan banyak bicara!'
“memangnya kau kenapa? Aku tak tahu harus menolong apa untukkmu.” Rin masih bingung dengan tingkah Dan yang aneh itu.
“kau tak lihat? Hah! Cepat singkirkan makhluk menjijikan itu dari pundaku!1” teriak Dan. Nampaknya ia sudah tak tahan lagi dengan situasi yang seperti ini.rin menatap Dan bingung. Ia melangkahkan kakinya, memutari tubuh Dan.
“hahahahahahaha....” Rin tertawa terpingkal.  Dia melihat sesuatu  yang lucu dan membuat Dan bingung.
“kenapa kau malah tertawa! Cepat singkirkan makhluk itu!” Dan terus saja mengoceh.
“ahahaha.... tak ku sangka makhluk serigala sepertimu takut dengan ulat bulu! Ahahah” rin masih trtawa terpingkal-pingkal. Sepertinya ia merasa senang melihat Dan kesusahan seperti ini.
Rin terdiam sekejap, dengan cekatan ia menyingkirkan ulat bulu itu dari pundak Dan.
“sudah kubersihkan, tenang saja” kata Rin.
Dan langsung melonjak dan berlari.
“hei... tunggu aku!!”
BRUAK...
Dan terjatuh setelah menabrak pohon yang cukup besar di depannya.
“ahahaha...” Rin kembali menertawakan Dan.
Dan menoleh Rin sinis.
“aish!..'” Dan menyentuh keningnya Dan mengumpat ketika menemukan darah di tangannya.
“ini semua gara-gara kau!” bentak Dan.
Rin melonjak kaget. Dan mengeluarkan kata-kata itu denga tekanan keras. Sepertinya Dan sangat kesal sekali.
“maafkan aku...” Rin berjalan menuju Dan. Dan jongkok menatap Dan.
“kau tak apa-apa? Kulihat lukamu.” rin, mendekatkan wajahnya dan menyentuh luka Dan dengan tangannya.
“aish! Jagn sentuh aku” Dan menepis lengan Rin.
“aku kan sudah minta maaf! Kenapa kau masih marah?!” rin berteriak.
“aku tak marah, aku kesal!” kata Dan.
“ya sudah, biar aku melihat lukamu” Cepat rin mengeluarkan plester luka dari dalam saku jaketnya. Dan menempelkannya di dahi Dan.
“kalau sudah pakai ini, lukamu akan kering.”
Dan hanya bengong,.
“ayo cepat jalan!” teriak Rin,
“Cih... kau tadi terlihat baik, tapi sekarang sudah menjadi wanita gila kembali” dengus Dan.
“Biarin, ayo cepat! Susah sekali kau di suruh cepat!”
“aku tak bisa berdiri! Kau tak lihat kakiku terkilir? Ini sakit sekali!” Dan menggosok-gosokan tangan ke kakinya.
“ayo cepat, aku bantu kau! Lamban sekali!” Rin mengulurkan tangannya.
“”cih...” Dan medelikan matanya.
“Cepat bodoh!”
Dan terpaksa meraih uluran tangan Rin. Ia perlahan-lahan berjalan dengan di papah oleh Rin

Rin dan Dan berjalan bersama-sama, dengan perlahan, rin hati-hati sekali memapah Dan.
“cih... kenapa di taman hiburan ini ada tempat seperti ini” dengus Dan.
“aha!” rin berteriak seraya refleks menjatuhkan tubuh Dan ke tanah.
“ aish! Apa-apaan kau?! Kenapa tiba-tiba kau melepaskanku?!” kata Dan menahan sakit.
“kau tak bilang dari tadi, harusnya kau bilang tempat ini” kata Rin, ia langsung merogoh kantung jaketnya dan mengeluarka sebuah ponsel. Lalu menelfon seseorang.
“halo? Kak jude? Ini aku Rin, aku tersesat di sebuah kebun............. iya, dekat tempat dimana aku menunggumu tadi.........ya.... ya aku tunggu” Rin menutup ponselnya.
“aish! Mengapa tak terpikir olehku! Bodohnya!” rin memukul keepalanya.
“kau ini!!!! jangan sibuk sendiri!! cepat bantu aku berdiri!!” Teaik Dan yang terus saja mengumpat ngumpat. 24 menit berlalu. Akhirnya rin bersama Dan bisa keluar dari kebun itu.
Jude menanti Rin disana.
“Kak Jude!” teriak Rin.
Jude menoleh, ia kaget mendapati Rin dengan penampilan yang kacau dan sedang memapah seseorang di sampingnya, terlebih lagi ia mengetahui siapa orang yang sedang di papah oleh Rin.
Sama halnya dengan Dan ia begitu terkejut melihat sosok di depannya yang sedang berdiri menatapnya.
“KAU??!!” kata Jude dan Dan berbarengan.
Rin hanya bengong menatap mereka berdua.