Hari ini adalah hari yang melelahkan bagi Dan, ia harus tersesat, berlari, terluka kecil, dan perut tak enak karena menghabiskan banyak eskrim saat menaklukan tantangan eskrim jumbo tadi siang. Ia duduk di depan balkon kamarnya menghirup udara malam yang sering ia lakukan.
“aish!! wanita gila itu, menyebalkan!” Dan memukul lantai pelan.
“menyebalkan.... tapi... aish! Jangan berpikiran yang tidak-tidak Dan!” ujaarnya sendiri pada dirinya. Lalu ia mengambil Mug hadiah yang tadi ia dapatkan hasil perjuangannya bersama Rin. Ia memandang cangkir besar itu.
“cih... wanita aneh dia...” Dan tersenyum ia memeluk Mug itu. Dan memejamkan matanya.
“omo~, ada apa dengan perutku ini...aigoo...” rin nungging-nugging di tempat tidur,
“aish, ini gara-gara eskrim jumbo itu. Dan bannyak memakan makanan yang di belikan oleh kak jude, oh... tidak... “ Rin berhenti dari aktifitas main gamenya. Ia terus saja merasakan sakit dperutnya...
“aigoo.....” katanya lirih, tak sengaja ia melirik Mug hadiah yang terletak di meja belajarnya. Rin tersenyum. “manusia serigala bodoh” ujarnya. Lalu ia tertidur. Di tempat bebrbeda,Mereka berdua merasa lelah karena telah mengalami petualangan yang panjang.
------------------------------------------------------------------
Aktivitas di sekolah berjalan seperti biasanya, hanya pada hari sabtu depan akan ada inspeksi sekolah dari salah satu komisaris yang berpengaruh di sekolah itu.
Rin tidur, di mejanya. Dari pelajaran pertama, jam istirahat, dan sampai jam terakhir ia masih saja tidur. Dan yang duduk di dekatnya melirik Rin. Mulut rin yang terbuka ketika tidur membuat dan geli, ia langsung menutupi muka kepala Rin dengan buku fisika tebal yang dipakainya untuk mengisi soal. Aneh, dari tadi Rin tidur tapi ia tak ketahuan oleh guru, benar-benar beruntung. Batin Dan.
“hei, hei... bangun kau, “ bisik Dan menyentuh pundak Rin dengan menggunakan bolpoint.
“Oh...??” Rin mendongakan kepalanya
“bangun kau..” kata Dan lirih.
“okh...” DUK! Rin tidur lagi.
“aish.... anak ini” ujar Dan lirih.
Dan jam pelajaran satu hari itupun selesai semua murid pulang, terkecuali anak-anak yang masih sibuk dengan kegiatan ekstrakulikuler, atau kegiatan osis. Dan melipat tangannya di dada, ia memerhatikan gadis di sampingnya.
“cih... postur tubuh apa ini, tak ada yang istimewa” kata Dan ia berbicara sendiri menilai Rin.
“rambut acak-acakan seperti itu, apa ia tak menyadari seusia ini dia harusnya nampak seperti gadis-gadis lain yang suka berdan-dan” Ia terus saja menilai Rin dari ujung rambut sampai ujung kaki.
“mau sampai kapan ia tidur seperti ini? Ini sudah sore. Lebih baik aku pulang saja” kata Dan lalu ia memasukan semua buku yang berserakan di mejanya. Dan melirik rin sedikit. Dia tak bangun juga ternyata. Kata Dan dalam hatinya.
“hei... kau bangun!” Dan mendorong pundak Rin.
BRUK!
Tubuh Rin terjatuh kebawah. Dan melotot. Ia kaget sekali. Kenapa gadis itu terjatuh seperti itu. Batinnya. pelan-pelan Dan menggunakan kakinya untuk menyentuh Rin. Ia menendang-nendang kecil tubuh Rin. Namun Rin tetap saja tidak bergerak.
Dan langsung jongkok, ia membalikan tubuh Rin. Dilihatnya muka Rin pucat. Ia menggigil, bibirnya bergetar. Tubuhnya juga berkeringat dingin. Cepat Dan menaruh tangannya di kening Rin, suhu tubuhnya tinggi sekali.
“panas sekali dia....” ujar Dan.
Dengan cepat lagi ia mengeluarkan ponsel dari kantong celananya dan menelfon sopirnya.
“cepat jemput aku di sekolah!” katanya cepat sekali, ia langsung menutup telfonnya, memasukannya kembali ke saku celananya.
Dengan cekatan Dan menggendong Rin di punggungnya. Lalu Dan berlari menuju lift. Tapi sialnya pintu lift tidak mau terbuka, cepat ia berlari menuju pintu di dekat pintu lift itu, ia membukanya dengan garang dan mulai menyusuri anak tangga. Dan terus menuruni anak tangga itu dengan kecepatan penuh. Ia panik sekali, wajahnya menyiratkan sesuatu yang sangat ia khawatirkan.
“uhuk..uhuk..” Rin terbatuk-batuk. Dan berhenti sejenak, ia menoleh Rin yang berada di punggungnya. Mukanya makin pucat dan terus menggigil. Dan kembali menuruni anak tangga, ia berharap cepat sampai dan Rin baik-baik saja. dan tak lama kemudian ia sampai di lantai dasar. Terlihat sebuah mobil mewah sudah terparkir di sana. Nafas Dan tersengal-sengal ia kecapaian.
“pak, tolong bantu saya” ujar Dan kepada sopirnya. Sopirnya itu dengan cekatan membukakan pintu mobil dan membantu dan memasuki mobil. Mobilpun melaju,
“tuan muda, apakah harus di bawa kerumah sakit teman tuan muda itu?” tanya sopir itu dengan nada yang halus.
“tak usah pak, kita pulang saja. Aku akan menggunakan dokter pribadi saja” kata Dan, ia mengibas-ngibaskan kerah bajunya untuk menarik angin masuk. Pandangannya tak pernah berpaling dari Rin yang sedang menggigil.
“Bagaimana keadaannya?”
“sepertinya ia kecapaian, dan mungkin memakan makanan dingin terlalu banyak sedangkan tubuhnya sedang tidak Fit. Jadi dia demam seperti ini tuan.” kata seorang laki-laki paruh baya yang rupanya seorang dokter yang sudah lama bekerja menjadi dokter pribadi di keluarga Dan.
“ah.... ya aku mengerti” kata Dan.
“saya permisi dahulu.” laki-laki itu membungkkukan badannya dan pergi meninggalkan kamar.
“huh... kenapa jadi kau yang sakit seperti ini? Dasar merepotkan saja” kata Dan ia menggigit bibir bawahnya. Terus saja Dan memandangi wajah rin yang sedang tertidur pulas. Tak seperti di sekolah tadi yang menggigil.
Dan mendekat, ia terus memerhatikan wajah Rin.
“bulu matamu ternyata panjang, alismu juga lumayan tebal, bibirmu jauga berwarna merah muda alami... cih, ternyata kau cantik juga wanita gila...” kata Dan memuji dan di sertai hinaan yang menjadi lelucon.
Pandangan Dan tak pernah lepas dari Rin. Sampai ia pun tertidur, karna ia kelelahan berlari sambil membawa beban berat.
vvv---------------------vvvv----------------vvv-----------
matahari menyatroni seleruh ruangan kamar itu, membuat mata rin yang terpejam jadi brgerak-gerak.
“Hoam..... ukh....” Pagi itu Rin bangun dari tidurnya ia mengerak-gerakan tangannya untuk mengeliat.
“ah... nyenyak sekali tidurku.... Hoammmm” Rin menguap panjang. hm... tapi apa ini seperti ada yang mengganjal di sekitar tubuhnya. Rin menyibakan Selimut beludru hangat itu.
JRENG!!!
terlihat Dan yang sedang tidur di dekat kakinya.
“WUUUUUUUUUUUUUAAAAAAAAAAAAAAA!!!” rin menjerit sekeras-kerasnya ia kaget mendapati Dan yang tengah tertidur. Dan melonjak kaget, ia terbangun, dan mengucek-ngucek matanya.
“sedang apa kau di kamarku????!!!!!!” tanya Rin Gusar.
Dan dengan tenangnya bangun dan duduk di tempat tidur bersamaaan dengan Rin.
“kau salah, kau yang sedang berada di kamarku”
rin tersentak. Ia memandangi sekeliling. Memang benar itu bukan kamarnya. Lalu ia menoleh bajunya yang sudah berganti menjadi sebuah piama merah laki-laki.
“WUUAAA!!! apa yang kau lakukan kepadaku???!!!! dasar hidung belang!!!”
HABUAKH! HABUAKH! Rin memukuli Dan.
“hei, tenang dulu, aku bukan orang yang seperti yang kau kira!!” kata Dan berusaha menghalau serangan Rin.
“lalu?!! kenapa aku berada di sini?” tanya Rin yang masih gelisah.
“kemarin kau pingsan karena demam, jadi aku membawamu kesini, karna aku tak tahu dimana rumahmu! Jangan berpikir yang tidak-tidak” kata Dan ia berdiri. Megeliatkan tubuhnya dan menggerakan anggota tubuhnya untuk melakukan olahraga kecil.
“lalu kenapa bajuku berubah menjadi seperti ini??!! apa kau melihat ku se..sedang??!!” Rin gelisah sekali.
“pelayan wanita dirumahku menggantikan bajumu itu” ujar Dan ia sepertinya sudah akan keluar dari kamar itu.
“oh... ja... jadi...”
“ya!, mau berkata apa lagi kau sekarang??”
“ah...oh...ehmm” rin salah tingkah.
“cepat ganti bajumu, kita berangkat sekolah bersama!” kata Dan tegas. Lalu ia keluar dari kamarnya itu.
Rin hanya melotot dan bengong.
Disamping tempat tidur itu ada sebuah meja kecil yang diatasnya terletak baju sekolah dan tas sekolah Rin yang sudah Rapi. Rin hanya bengong. Ia bukannya berganti baju malah berjalan-jalan di kamar itu. Menyusuri setiap sudut. Ia melihat banyak sekali boneka sapi di sana, dari yang kecil sampai yang berukuran seperti sapi sebenarnya.
“aku keliru, harusnya aku memanggilnya manusia sapi” ujar Rin, menyentuh boneka-boneka sapi itu.
Ia berjalan ke sudut lemari, ia lalu membuka lemari itu.
“omo~, seperti artis saja dia bajunya banyak sekali,” Rin melongok-longokan kepalanya kedalam lemari. Lalu ia menemukan setumpuk celana dalam.
“Omo!!! “ bruk! Rin langsung menutup pintu lemari tiu.
Ia menarik nafas pelan-pelan. Menenangkan dirinya.
“daerah yang tak boleh dijamah wanita” kata Dan tiba-tiba. Ia sudah berada di depan pintu masuk kamar. Dia sudah rapi sekali.
“lihat apa kau tadi?” tanya Dan, ia menyipitkan matanya.
“omo~ ti.. tidak aku tak lihat apa-apa”
“cih...” dengus Dan. “kenapa kau belum juga siap?” lanjut dan.
“oh... ini, sekarang aku akan bersiap-siap” kata Rin berlari membawa bajunya.
“keluar kau!” kata Rin pada Dan.
“tidak mau”
“kau ini aku akan berganti pakaian dan kau harus keluar!” Cerocos Rin. Melotot tak mau kalah.
“putar badanmu, dan masuk ke sana” suruh Dan.
Rin membalikan badannya dan langsung masuk ke ruangan yang di tunjukan Dan. Beberapa menit kemudian dengan cepat Rin sudah selesai dan siap. Untuk pergi bersekolah.
“rin berdiri di depan pintu.
“aku sudah siap Dan, ayo cepat kita berangkat.” kata Rin ia berjalan menuju pintu kamar untuk keluar.
“tunggu,” Dan menghentikan Rin. Ia memandangi Rin dari ujung kepala sampai ujung kaki.
“gaya macam apa ini? Rambutmu ini kenapa tidak di sisir?!” Dan menjawil rambut Rin. Rin meringis.
“argh!! lepaskan rambutku” Rin menepis tangan Dan dengan kuat.
“aish!!! kau ini, ikut aku” Dan menarik tangan Rin keluar dari kamar ia menyeretnya ke sebuah ruangan yang penuh dengan beberapa wanita berseragam.
“bereskan dia” kata Dan. Ia mendorong tubuh Rin untuk masuk kedalam.
“omo~ apa-apaan kau ini Dan.. omo omo!” Rin tak bisa berkata apa-apa lagi, ia sudah di seret masuk ke dalam ruangan itu. Beberapa menit kemudian Rin sudah selesai. Ternyata ia dibantu untuk merapikan rambut dan meriasi wajahnya. Rin berdiri cemberut.
“hei, berangkat sekarang?” tanya Rin. Pada Dan yang sedang membaca buku.
Dan menoleh.
SWING................
Ia melotot melihat Rin. Rambut Rin sudah rapi, tak menutupi wajahnya lagi yang acak-acakan. Ia mengenakan jepitan rambut untuk merapikannya. Wajah Rin jadi lebih segar dengan polesan bedak tipis dan lip balm di bibirnya.
“hei! Kenapa kau diam saja?!” bentak Rin, ia menghentakan kakinya.
Dan tersadar dari bengongnya.
“oh... ya, ayo kita berangkat sekarang” kata Dan gelagapan.
Ia tak percaya wanita gila itu bisa terlihat cantik juga.
Ia terus mengatur nafasya. Ia pasti akan terus gelagapan. Rin berjalan mengikuti Dan dari belakang. Dan memasuki mobil yang selalu mengantarnya kesekolah. Tapi Rin tidak, ia berjalan menuju pintu gerbang sendirian.
“hei... mau kemana kau?” teriak Dan ia berlari menyusul Rin.
“kau ini mau kemana?” tanya Dan.
“pergi ke sekolah.” ujar Rin
“kenapa kau takmau naik mobilku?” tanya Dan lagi.
“aku mau naik bis saja, apa kata murid-murid di sekolah kalau aku keluar dari mobilmu, bersama kau lagi..' kataRin menjelaskan, ia memandang Dan tajam.
“kenapa kau melihatku seperti itu?' Dan langsung menutupi badan dengan kedua tangannya.
rin terus memandang Dan, ia mendekatkan wajahnya. Membuat Dan makin gelagapan.
“hee..heii kau..”
Rin terus mencondongkan badannya. Dan makin gelagapan.
“aku pinjam uang untuk ongkos bis” Rin menengadahkan tangannya pada Dan.
Dan melotot. Dasar gadis ini, selalu saja membuat dan kaget.
“aku tak ada uang kecil, sudahlah ikut saja denganku” tawar Dan
“tidak mau, lebih baik aku berjalan kaki saja atau tak usah sekolah saja” Rin melengos pergi.
“hei.. hei.. tunggu, aku ikut kau saja naik bis” kata dan.
“Hah??!!” Rin melotot. Mana mungkin.......
Rin dan juga Dan, berjalan kaki menyusuri trotroar. Pagi itu lumayan cerah sehingga Dan mengeluarkan banyak keringat ketika sedang berjalan. Beda dengan rin, ia masih terlihat segar.
“hei, kenapa masih belum sampai? Mana halte bisnya??” Dan mulai misus-misuh lagi.
“sebetar lagi sampai, kau ini selalu saja ribut kalau sedang berjalan! Kenapa tadikau tak naik mobilmu saja? Hah?? malah ikiut ikut denganku. Dasar” Rin menggerutu, ia berjalan dengan kaki di hentak-hentakan ke trotoar.
“ah,, itu dia bisnya!!” Rin berteriak lalu berlari mengejar Bis yang sudah akan melaju. Dan misuh, ia cepat menyusul Rin sambil menarik-narik celannya yang menjuntai sampai ke bawah sepatu.
“cepatlah kau Dan!”
“tunggu aku..!!” Dan berteriak.
Bis pun sudah melaju dengan menaikan kecepatannya. Tak terkejar lagi oleh mereka berdua.
“ah.... bisnya.......” Rin melambaikan tangannya kedepan , bak seseorang akan meraih sesuatu. Dan berhenti berlari ia kelelahan.
“dasar, desainer bodoh, memanjangkan celana hingga seperti ini!” Dan mengumpat-ngumpat menyalahkan model celana dan desainer yang merancang celana tersebut. Lalu Dan menoleh Rin yang tengah jongkok menatapi bis yang sudah melaju. Ia tersenyum.
“Hei, kita harus bagaimana sekarang?” tanya Dan menghampiri Rin.
“kau ini lambat sekali, tak ada cara lain lagi. Kita harus berjalan kaki menuju sekolah”
“Apa!! kau bicara apa? Berjalan kaki ke sekolah?!! itu tak mungkin, sebentar lagi juga sudah akan dimulai pelajaran, kita akan terlambat.” kata Dan panjang.
“tak apa, dari pada kita tidak sekolah” kata Rin lalu ia berdiri.
“kau ini, masalahnya kita pasti tidak akan di masukan oleh penjaga sekolah” kata Dan.
“cih.. benar benar bodoh” kata Rin meremehkan Dan.
“siapa yang bodoh hah?! Kau mau kita memanjat pagar lagi?! Kau yang bodoh.” Dan membalikan perkataan Rin, ia juga mendorong kepala Rin dengan telunjuknya.
“aish..! “ rin menepis tangan Dan.
“Dan, kau sungguh bodoh ya? Bukannya kau adalah keponakan dari kepala sekolah? Gunakan saja wewenangmu yang palsu. Ancam penjaga sekolah itu dengan pemecatan.” kata Rin. Dan mendelikan matanya.
“cih...kau” Dan memalingkan mukanya, ia menunduk tersenyum.
“baik, akan aku gunakan wewenang palsu itu.”
kata Dan dengan gaya cool-nya.
“baiklah... ayo kita jalan!” Kata Rin.
Merekapun berjalan menyusuri jalan tol yang lumayan sangat jauh. Biasanya Rin sekolah dengan menggunakan bis atau menaiki sepedanya. Sedangkan dan menggunakan mobil mewahnya dan pula di tambah sopir yang setia.
Sudah beberapa kilometer mereka berjalan. Dan misuh-misuh sepanjang jalan, Rin menutup kupingnya rapat-rapat sambil bernyanyi-nyanyi tak jelas. Tak mau mendengarkan keluhan Dan.
“hei.... istirahat sebentar!! kita sudah berjalan sepuluh kilometer lebih, kenapa tak ada istirahatnya?!” Dan memegangi lututnya. Ia lalu menyender di tembok.
“ayolah... kau jangan malas seperti itu,” ujar Rin membujuk Dan. Ia berlari kecil menghampiri Dan.
“istirahat sebenta ya? Aku mohon..” kata Dan memelas, lalu ia jatuh terduduk.
“kau, bawa air di ranselmu?” tanya Dan.
“kalau aku berangkat dari rumahku sendiri aku pasti akan membawanya” jawab Rin. Ia juga ikutan duduk.
Beberapa menit kemudian mereka selesai untuk beristirahat, mereka tengah di kejar waktu agar bisa ke sekolah.
“ayo... kiat teruskan lagi!” kata Rin bersemangat. Ia melaju paling depan.
“kalau dulu aku sudah marah-marah padanya pasti!” batin Dan. Ia berjalan lagi. Dan memandangi rin yang berjalan di depan, ternyata seperti itu gayanya berjalan kata Dan dalam hati. Ia memerhatikan kaki Rin.
“besar sekali kakinya, pantas saja ia selalu berjalan seperti ini.” kata Dan lagi. Tapi sepertinya ada yang aneh dengan cara berjalan Rin. Seperti sedang menahan sesuatu. Terus saja Dan memerhatikan cara Jalannya Rin. Ia yakin ada sesuatu. Benar, Rin berjalan semakin lambat. Iapun hampir tersusul oleh Dan.
Dan berjalan mendahului Rin. Lau ia menghadang Rin.
“berhenti” kata Dan cool.
“apa?” kata Rin cuek.
“buka sepatumu “ ujar Dan.
“hah??!”
“cepat buka sepatumu!”
“tidak mau! Mau apa kau? Mau menjual sepatuku hah?!' kata Rin sedikit berteriak. Dan menarik tangan Rin dan mendudukannya di kursi tembok. Dengan paksa Dan membuka sepatu Rin. Kaki sebelah kanan.
“sudah kuduga” kata Dan. Matanya melihat pergelangan kaki Rin yang berwarna keunguan.
“mengapa kau tak bilang kakimu sakit?” dan sudah kembali lagi dengan cara bicara dinginnya. Tak ada lagi misuhannya.
“Tak ada waktu untuk menjelaskan hal itu. Ayo cepat kita teruskan lagi, sebentar lagi pelajaran Bu lastmi” rin mengalihkan pembicaraan.
“tak usah mengalihkan pembicaraan seperti itu. Kenapa kau tak bilang kakimu sakit?!” desak dan dengan intonasi yang di tekan.
“ahh... kau ini,, biarkan saja..” Kata Rin. Ia merebut sepatunya. Tapi dan langsung menarik lagi sepatu Rin.
“kenapa?!”
Rin menghela nafas.
“aku tak ingin bilang saja. Cuma itu.” kata Rin.
“cih.. dasar! Seperti itu lagi.” kata Dan. Ia membalikan tubuhnya. Memunggungi Rin.
“ayo naik” kata Dan.
Rin bengong.
“cepat naik!”
“naik kemana?!” tanya Rin bingung.
“ke punggungku! Bodoh.”
Dan menarik tangan Rin melalui atas pundaknya. Sehingga Rin terjatuh di punggung Dan. -posisi menggendong-
“lepaskan aku!!” Rin berontak.
“tidak,” kata Dan.
“lepaskan aku!! aku bukan anak kecil lagi!”
kata Rin tetap berontak.
“baik, akan ku lepaskan tapi kulepaskan ke sungai itu!” kata Dan menunjuk sungai besar di samping mereka.
“aish! Kau ini ...” Rin tak bisa berbuat apa-apa. Kali ini dia mengalah untuk mau di gendong Dan.
“makan apa kau ini?? berat sekali! Sepertimmenggendong induk sapi!” kata Dan meledek Rin.
“lalu kenapa kau tak mau menurunkanku!! dasar!”
“kalau ku turunkan, sapi sepertimu pasti lambat untuk berjalan. Lalu aku membantu sapi sialan sepertimu!”
“ tak ada kata yanglebih bagus ddari pada sapi hah?! Berotak sempit kau!” kata Rin tak mau kalah.
“kau, yang berotak sempit! Tak ada kata lain selain Manusia serigala hah?!” Dan menirukan gaya Rin berbicara.
Mereka terus saja bertengar-tengkar kecil di sepanjang perjalanan menuju sekolah. Sampai akhirnya mereka sampai juga di sekolah. Ternyata Rin menunjukan jalan pintas. Mereka sampai di belakang sekolah, tempat di mana danau hitam berada.
“argh!! lepaskan tanganmu dari mataku bodoh!” teriak Dan pada Rin yang sedang menutupi kedua matanya.
“haha kau kan menusia serigala,kau bisa melihat di kegelapan kan?” kata Rin ia terus saja menutupi mata Dan dengan kedua tangannya.
“aish!! bodoh...!!”
DUK! Kaki dantersandung mengenai sesuatu yang sepertinya ranting pohon besar. Dan oleng, ia tak bisa mengendalikan keseimbangan tubuhnya. Rin berteriak-teriak ia takut kalau mereka akan jatuh dan masuk ke danau.
BRUK! Akhirnya mereka berdua jatuh.
“ahhahaha....” Dan tertawa-tawa. Rin juga ia tertawa. Betapa bodohnya mereka melakukan hal-hal bodoh seperti anak kecil.
Tak lama,merekapun sampai di depan danau yan disana terdapat lorong yang bisa masuk ke dalam kelas. Rin yang menemukan lorong itu jauh hari sebelumnya.
“aish... punggungku rusak di tindih sapi sepertimu!”
kata Dan, ia mulai misuh lagi.
“kalau begitu cepat turunkan aku!”
“iya! Aku sedang akan mengerjakannya!”
“sedang apa kalian?” tiba-tiba ada orang yang memergoki mereka, ia membawa satu kaleng minuman soda di tangannya.
Jude.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar